Lelahnya
aku, sangat lelah ketika aku harus menghitung waktu untuk melupakanmu. Namamu
dipikiran dan hatiku seperti nama yang telah terukir dibatu yang sulit untuk
terhapus walau badai menerjangnya. Andaikan namamu hanya seperti tertulis di
pasir, aku yakin melupakanmu takkan sesulit ini, takkan sekeras ini dan takkan
memerlukan perjuangan seperti yang ku lakukan saat ini. Kamu itu seperti
penjajah dimasa sebelum kemerdekaan, dan aku adalah Indonesia. Begitu sukar
rasanya mengusirmu, apakah aku harus seperti Indonesia, yang membutuhkan waktu
selama 365 tahun dulu untuk merdeka darimu?
Semakin keras aku mencoba, bukan
semakin mudah bagiku namun semakin berat rasanya. Jangankan untuk melupakanmu,
berhenti untuk peduli padamu pun aku tak sanggup. Dan Walaupun air mata telah
mengalir deras, namun belum dapat menghapus sesakku. Belajar melupakanmu
seperti membawaku kembali mengingat bagaimana saat aku belajar menaikki sepeda.
Sering aku terjatuh namun aku kembali bangkit. Terus mencoba hingga aku bisa
seperti itulah yang ku harapkan.
Namun aku hampir lupa, bagaimana untuk tersenyum seperti
bersamamu dulu, bagaimana aku jatuh cinta seperti halnya saat kita pertama kali
berjumpa. Andaikan aku seperti doraemon yang mempunyai mesin waktu, hanya satu
hal yang ingin ku lakukan, aku ingin merubah apa yang pernah terjadi diantara
kita. Ya aku sanggup melepasmu tapi tidak melupakanmu. Apakah kamu sudah
mendapatkan wanita yang lebih baik dariku ? Aku tak tau apakah aku akan tegar
ketika sampai di titik, dimana aku tau kamu telah tersenyum bersama wanita
lain. Mengapa melupakanmu tak semudah mengagumimu ?
Aku heran pada diriku sendiri, aku
benci pada hatiku, yang masih belum bisa menghapus seluruh kisah kita. Apa
kabarmu sekarang ? Apakah kamu baik-baik saja ? Semoga kamu baik-baik saja
disana, dikota yang berbeda. Jika aku boleh jujur, akan ku katakan padamu, “Aku
rindu padamu, aku rindu perhatianmu, aku rindu sapaanmu dikala aku membuka
mataku dipagi hari, aku rindu ucapanmu saat aku akan memejamkan mataku kala
malam, aku rindu dekapan cintamu yang penuh dengan kehangatan bahkan
mengalahkan kehangatan mentari, aku rindu suara indahmu yang selalu membangunkanku
dari tidur lelapku.” Aku rindu bagaimana kamu memanggilku, “Sayang.” Saat
bersamamu, gengsiku seketika lenyap, yang ada hanyalah kejujuran dan kepolosan.
Saat kamu hadir, terasa ada pelangi indah disaat aku menjalani hariku. Namun
disaat kamu melangkah pergi, seakan-akan pelangi itu langsung menjadi hujan
yang tak pernah berhenti hingga saat ini.
Aku tak tahu mengapa sesulit ini
melupakanmu. Andai logikaku dapat mempengaruhi hatiku. Disetiap malam sebelum
aku tidur, masih saja terus terbayang kenangan indah itu. Terbayang bagaimana
wajahmu selalu mengisi hariku, tawamu yang selalu membuatku tersenyum, dan
candamu yang menyemangatiku. Namun aku tersadar, bahwa kamu bukanlah milikku
lagi. Bukan seseorang yang selalu disisiku lagi, menghapus air mataku, dan
menguatkan aku dikala aku terjatuh. Belum ku dapati lagi seseorang sepertimu,
yang bisa membuatku nyaman seperti tak ada masalah. Belum ada yang bisa
menggantikan posisimu dan membuatku jatuh cinta seperti saat cinta itu memilihmu.
Entah mengapa seperti itu, aku pun tak tahu. Jangan tanyakan apapun padaku,
tanyakan saja pada mataku yang tak mungkin berbohong.
Sekian..