Minggu, 30 Desember 2012
Senin, 01 Oktober 2012
the last
Hey,kamu yang sudah menjadi milik orang sekarang. Selamat ! hanya kata itu yang dapat ku ucapkan. Oh iya, ingat tidak dulu kamu pernah bilang kalau harus setia. Nyatanya kamu yang mendua saat kita bersama. Memang terlihat setia, sayangnya hatimu telah mendua. Kamu lebih memilih teman-temanmu, dan meninggalkan kekasihmu. Memilih cinta yang tak pasti saat aku begitu mencintaimu. Mengucapkan kejujuran walau kamu yang mengingkarinya. Sudahlah, terlalu bodoh rasanya jika aku terus mengingat lalu menulis tentangmu. Terlalu hanyut rasanya jika aku terus mengenangmu. Seperti tenggelam dalam luka hingga lupa bagaimana untuk bangkit. Selamat tinggal masa lalu.
Kamis, 06 September 2012
sepi rindu
Entah apa namanya yang ku rasakan semalam. Apakah kerinduan
atau hanyalah ? yang jelas, rasa sesak itu yang ku kira telah lama pergi,
ternyata telah datang kembali. Mengingatkan semua tentangmu, mungkin lebih
tepatnya ingatan tentang kita dulu. Disaat dimana kamu masih menjadi penyebab
senyumku, disaat kamu masih menemani setiap detik hidupku. Hingga tak terasa waktu
telah beranjak melangkah, meninggalkan dan menghapus bayang kita yang dulu
saling mencinta. Kata orang melupakan itu sederhana, mungkin karena
kesederhanaannya itulah yang membuatku tak pernah mendekapnya, walaupun terlalu
sering aku menyentuhnya. Banyak rasanya yang ingin ku ceritakan padamu, tentang
ini tentang itu, tentang semuanya. Mungkin waktu belum mempertemukan kita,
mungkin Tuhan belum menjodohkan kita, bahkan mungkin ada banyak sekat yang
membatasi kita. Oh iya, sekarang kamu sudah kuliah ya ? Selamat ! Mungkin aku
terlalu pengecut untuk mengirimkan pesan padamu. Keberanian tak pernah
menghampiriku walaupun hanya untuk mengatakan sepatah kata itu. Sudahlah,
mungkin ucapanku sudah tak bernilai lagi untukmu, keacuhanmu yang mengatakannya.
Setidaknya semalam tadi telah membuka kembali benakku, bahwa aku tak pernah
benar-benar melupakan apalagi melupakanmu. Benar, cintaku pernah sejenak
beranjak, namun seperti yang telah ku perkirakan, ia tak pernah beranjak
seutuhnya darimu. Selamat mengejar anganmu yang kau inginkan !
Selasa, 14 Agustus 2012
putih abu-abu
Aku tak tau ini tulisan keberapa tentangmu, ya masih saja tentangmu. Hingga kini kamu masih saja yang ku ceritakan, ku impikan, ku rindukan bahkan kucintai.
Apa kabarmu ? Bagaimana dengan ormikmu atau pratikus mu? Apa kamu bahagia dengan kedokteranmu ? Maaf kalau aku masih saja ingin mencari tau kabarmu. Maafkan aku yang masih saja belum bisa melupakanmu, sosok kenangan yang pernah ku impikan menjadi masa depanku, pendampingku di pelaminan nanti. Namun impianku kembali terusik saat mengingat kamu sudah tak ada disisiku lagi, di pagi indahku, bukan lagi pendengar setiaku.
Siapa wanita yang beruntung menjadi pendampingmu saat ini? betapa beruntungnya dia. Mungkin kamu telah sepenuhnya melupakan semua yang pernah terjadi diantara kita, bahkan sudah tak mengingat sosokku lagi.
Terimakasih kaka botak :")
cinta pertamaku dimasa putih abu-abu
Senin, 06 Agustus 2012
Masih saja indah
Tertanggal, 7 Agustus 2012
5
hari yang lalu, tepat 5 bulan kita memutuskan untuk berjalan masing-masing. Hari
yang tak pernah ku bayangkan akan terjadi. Tak terasa sudah 5 bulan aku tak
pernah mendengar suara indahmu lagi, sapaan “sayang”mu di pagi indahku, canda
tawamu yang renyah atau senyum tampanmu.
Walaupun seharusnya minggu depan, tepat 17 Agustus kita merayakan hari
jadi ke 7 bulan, tapi itu semua tinggallah angan yang takkan pernah terwujud.
Apa
kamu masih seperti 7 bulan lalu ? Apa kamu masih suka begadang seperti dahulu ?
Apa kamu masih indah seperti yang ku kenal dahulu ? Apa kamu telah bahagia
bersama pilihanmu ? Apa kamu masih menyimpan jam atau tulisan yang pernah ku
berikan ? Entah.. Entah apa yang harus ku pertanyakan lagi tentang kabarmu.
Kini
aku mengerti apa artinya rindu dan sayang, yang dahulu belum sepenuhnya aku
ketahui. Sosokmu begitu sulit untuk digapai. Semalam aku berpikir, untuk apa
aku terus memikirkanmu sedangkan kamu tak pernah sedetik pun memikirkanku.
Namun, apalah daya pikiranku saat hatiku masih berhenti dikamu. Berhenti pada
sosok yang masih saja indah.
Terimakasih calon dokter :’)
Kenanglah aku yang pernah menjadi
bagian masa putih abu-abumu..
Rabu, 20 Juni 2012
Tanpa judul
Mentari pagi menyambut senyumku, seakan ingin menghibur segala duka hati. Duka yang masih saja merasuk dalam hati, dan tak pernah beranjak sedetikpun. Duka yang membuat hati ini merindu akan seseorang diseberang sana, seseorang yang telah lama pergi meninggalkan apa yang dimulainya. Hati yang masih saja memanggil namanya, mencari sosoknya, dan masih mencintainya walau tak seperti dulu. Sayang seribu sayang, kini seseorang itu seperti telah amnesia,melupakan segalanya, bahkan tak mengingatnya lagi. Seseorang yang kini sedang menjajaki hubungan, seperti yang ia pernah lakukan padaku beberapa bulan lalu. Apakah ia hanya main-main saat bersamaku ? hanya itu yang dapat ku tanyakan pada bintang dilangit. Apakah ia tidak mengingat bagaimana ia menutup malamku ? Bagaimana ia menyinari hariku ? Bagaimana caranya memberi warna di hidupku ?
Begitu banyak yang mengingatkanku padanya. Bagaimana ia menyembuhkan sakitku tanpa menggunakan obat sedikitpun. Tapi semuanya telah pergi, dan hanya menggoreskan luka hati yang masih terus ada.
Tak pernah sadar akan hati ini, walau aku telah menunjukkan resah ini secara halus. Haruskah aku menyatakannya secara langsung ?
Don't forget me , I beg :")
#untuk seorang terkasih yang telah lama pergi sejak 111 hari yang lalu :(
Hukum Indonesia
Hukum Indonesia Belum Berikan Keadilan Pada
Kaum Tertindas -
Hukum Indonesia dinilai belum mampu memberikan keadilan kepada masyarakat yang
tertindas. Justru sebaliknya, hukum menjadi alat bagi pemegang kekuasaan untuk
bertindak semena-mena.
Demikian pernyataan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum
Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa), Asep Yunan Firdaus dalam seminar
"Stagnasi Hukum di Indonesia" di Jakarta, Kamis (5/8). "Dalam
situasi seperti ini, hukum sedang berada pada kondisi stagnan yaitu, situasi
dimana negara gagal menjadikan sistem dan praktik hukum memberikan keadilan
kepada masyarakat miskin dan paling tertindas."
HuMa memandang ada tujuh faktor utama yang menyebabkan stagnasi hukum di
Indonesia. Pertama, politik dan arah pembaruan hukum yang elitis. Kedua,
kualitas legislasi nasional dan daerah yang rendah. Ketiga, penegakan hukum
yang sarat korupsi dan melahirkan mafia hukum. Keempat, lembaga peradilan tidak
mewujud menjadi agen dan ujung tombak pembaharuan hukum. Sementara itu yang
kelima dikatakan bahwa, Mahkamah Konstitusi sebagai The Guardian of the
Constitution lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok elit. Sedangkan yang
keenam huma menyebutkan, pendidikan hukum yang bergeser orientasinya menjadi
pelayan pasar.
"Terakhir, ketidakmampuan institusi hukum dan pemerintah menyelesaikan
konflik yang melibatkan rakyat banyak dan miskin dengan cara-cara yang memenuhi
rasa keadilan rakyat," ujar Asep.
Menurut Asep, politik dan arah pembaharuan hukum di Indonesia cenderung elitis.
Karena agenda-agenda pembaharuan hukum sejatinya masih state centered maupun
imposed by international organization yang memiliki akses terhadap kekuasaan
legislatif dan eksekutif.
Demikian pernyataan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum
Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa), Asep Yunan Firdaus dalam seminar
"Stagnasi Hukum di Indonesia" di Jakarta, Kamis (5/8). "Dalam
situasi seperti ini, hukum sedang berada pada kondisi stagnan yaitu, situasi
dimana negara gagal menjadikan sistem dan praktik hukum memberikan keadilan
kepada masyarakat miskin dan paling tertindas."
HuMa memandang ada tujuh faktor utama yang menyebabkan stagnasi hukum di
Indonesia. Pertama, politik dan arah pembaruan hukum yang elitis. Kedua,
kualitas legislasi nasional dan daerah yang rendah. Ketiga, penegakan hukum
yang sarat korupsi dan melahirkan mafia hukum. Keempat, lembaga peradilan tidak
mewujud menjadi agen dan ujung tombak pembaharuan hukum. Sementara itu yang
kelima dikatakan bahwa, Mahkamah Konstitusi sebagai The Guardian of the
Constitution lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok elit. Sedangkan yang
keenam huma menyebutkan, pendidikan hukum yang bergeser orientasinya menjadi
pelayan pasar.
"Terakhir, ketidakmampuan institusi hukum dan pemerintah menyelesaikan
konflik yang melibatkan rakyat banyak dan miskin dengan cara-cara yang memenuhi
rasa keadilan rakyat," ujar Asep.
Menurut Asep, politik dan arah pembaharuan hukum di Indonesia cenderung elitis.
Karena agenda-agenda pembaharuan hukum sejatinya masih state centered maupun
imposed by international organization yang memiliki akses terhadap kekuasaan
legislatif dan eksekutif.
Demikian pernyataan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum
Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa), Asep Yunan Firdaus dalam seminar
"Stagnasi Hukum di Indonesia" di Jakarta, Kamis (5/8). "Dalam
situasi seperti ini, hukum sedang berada pada kondisi stagnan yaitu, situasi
dimana negara gagal menjadikan sistem dan praktik hukum memberikan keadilan
kepada masyarakat miskin dan paling tertindas."
HuMa memandang ada tujuh faktor utama yang menyebabkan stagnasi hukum di
Indonesia. Pertama, politik dan arah pembaruan hukum yang elitis. Kedua,
kualitas legislasi nasional dan daerah yang rendah. Ketiga, penegakan hukum
yang sarat korupsi dan melahirkan mafia hukum. Keempat, lembaga peradilan tidak
mewujud menjadi agen dan ujung tombak pembaharuan hukum. Sementara itu yang
kelima dikatakan bahwa, Mahkamah Konstitusi sebagai The Guardian of the
Constitution lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok elit. Sedangkan yang
keenam huma menyebutkan, pendidikan hukum yang bergeser orientasinya menjadi
pelayan pasar.
"Terakhir, ketidakmampuan institusi hukum dan pemerintah menyelesaikan
konflik yang melibatkan rakyat banyak dan miskin dengan cara-cara yang memenuhi
rasa keadilan rakyat," ujar Asep.
Menurut Asep, politik dan arah pembaharuan hukum di Indonesia cenderung elitis.
Karena agenda-agenda pembaharuan hukum sejatinya masih state centered maupun
imposed by international organization yang memiliki akses terhadap kekuasaan
legislatif dan eksekutif.
Demikian pernyataan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum
Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa), Asep Yunan Firdaus dalam seminar
"Stagnasi Hukum di Indonesia" di Jakarta, Kamis (5/8). "Dalam
situasi seperti ini, hukum sedang berada pada kondisi stagnan yaitu, situasi
dimana negara gagal menjadikan sistem dan praktik hukum memberikan keadilan
kepada masyarakat miskin dan paling tertindas."
HuMa memandang ada tujuh faktor utama yang menyebabkan stagnasi hukum di
Indonesia. Pertama, politik dan arah pembaruan hukum yang elitis. Kedua,
kualitas legislasi nasional dan daerah yang rendah. Ketiga, penegakan hukum
yang sarat korupsi dan melahirkan mafia hukum. Keempat, lembaga peradilan tidak
mewujud menjadi agen dan ujung tombak pembaharuan hukum. Sementara itu yang
kelima dikatakan bahwa, Mahkamah Konstitusi sebagai The Guardian of the
Constitution lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok elit. Sedangkan yang
keenam huma menyebutkan, pendidikan hukum yang bergeser orientasinya menjadi
pelayan pasar.
"Terakhir, ketidakmampuan institusi hukum dan pemerintah menyelesaikan
konflik yang melibatkan rakyat banyak dan miskin dengan cara-cara yang memenuhi
rasa keadilan rakyat," ujar Asep.
Menurut Asep, politik dan arah pembaharuan hukum di Indonesia cenderung elitis.
Karena agenda-agenda pembaharuan hukum sejatinya masih state centered maupun
imposed by international organization yang memiliki akses terhadap kekuasaan
legislatif dan eksekutif.
Pada ranah legislasi, DPR bukan hanya mampu memenuhi 68% target pembahasan RUU
dan kualitasnya pun banyak yang kontroversial, seperti Undang-undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), UU Pornografi, UU Investasi,
dan sebagainya. Selain itu, dalam penegakan hukum juga tidak lepas dari jual
beli pasal (legal commodification) dan suburnya mafia hukum
(broker/makelar).
"Penegakan hukum tidak bertarung menghadapi kejahatan kerah putih
seperti kasus BLBI, Century, lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, pembalakan
liar, dan penggusuran tanah masyarakat. Sebaliknya, penegakan hukum begitu
tegas terhadap Nenek Minah, Manisih, Toro dan Pori, Lanjar dan Masyarakat
Samin," kata Asep.
Sementara itu Koordinator Eksekutif LC HuMa, Mirna Safitri menambahkan,
penegakan hukum di Indonesia seperti mata tombak yang tajam ke bawah tetapi
tumpul ke atas. Misalnya Mahkamah Agung (MA) sebagai lembaga peradilan
tertinggi, cenderung lebih banyak absen dalam agenda pembaharuan hukum. MA
tidak hadir sebagai pemimpin dan motor penggerak pembaharuan hukum di
Indonesia. Selain itu, Mahkamah Konstitusi (MK), justru lebih banyak
dimanfaatkan oleh Politikus dan Elit. Dari penelitian atas 478 putusan MK, setidaknya pemohon dari kalangan partai politik berjumlah 232 (48,5%), disusul kelompok elit/melek hukum berjumlah 205 (42,8%) dan sisanya 6,4% adalah permohonan yang diajukan oleh publik (rakyat yang didukung oleh LSM, Lembaga Perguruan Tinggi/Mahasiswa, Lembaga Keagamaan, Lembaga Tradisional).
Ditambahkan oleh Mirna, kacau balaunya tatanan hukum di Indonesia juga didorong oleh kecenderungan Pendidikan Tinggi Hukum (PTH) tidak memiliki perspektif keadilan sosial ke dalam kurikulumnya. Otonomi PTH lebih banyak mendorong penyediaan lulusan sesuai keinginan pasar.
"Jika faktor penyebab stagnasi hukum tidak segera dicarikan jalan keluarnya, dimana sistem dan praktik hukum kita tidak akan lagi mampu memberikan keadilan kepada rakyat miskin dan tertindas, maka stagnasi ini akan berujung pada kematian negara hukum Indonesia," kata Mirna. (*)
Euthanasia ?
Euthanasia masih hangat
diperbincangkan sampai saat ini. Mulai dari sudut pandang etik sampai sudut
pandang berbagai agama di Indonesia. Euthanasia sendiri berasal dari Bahasa
Yunani eu yang berarti baik dan thanatos yang
berarti mati. Secara singkat pengertian tersebut dapat diartikan sebagai
tindakan agar penderitaan yang dialami
seseorang yang akan meninggal diperingan atau mempercepat kematian seseorang
dalam penderitaan hebat menjelang kematiannya.
Euthanasia menurut sebagian besar orang masih
dianggap tabu dan menyalahi aturan atau etik yang ada. Di lihat dari sudut
pandang agama pun Euthanasia memang masih diperdebatkan oleh para pemuka agama
di Indonesia. Para pemuka agama ini biasanya memperdebatkan tentang hukum –
hukum agama yang berlaku.
Euthanasia sebenarnya di kategorikan menjadi dua
jenis yang pertama adalah Euthanasia Aktif. Euthanasia Aktif adalah suatu
tindakan mempercepat proses kematian, baik dengan memberikan suntikan maupun
melepaskan alat-alat pembantu medika . Sedangkan kategori yang kedua di sebut
Euthanasia Pasif. Euthanasia Pasif ini adalah suatu tindakan
membiarkan pasien/penderita yang dalam keadaan tidak sadar (comma),
karena berdasarkan pengamalan maupun ukuran medis sudah tidak ada harapan
hidup, atau tanda-tanda kehidupan tidak terdapat lagi padanya.
Faktor – faktor Euthanasia sendiri
sebenarnya ada bermacam – macam. Faktor yang pertama adalah Faktor kemanusiaan . Maksudnya adalah Euthanasia tersebut dilakukan
oleh seorang dokter karena merasa kasihan terhadap penderitaan pasiennya yang
berkepanjangan yang secara medis sulit untuk disembuhkan. Di sini dokter tersebut
memutuskan sendiri tindakan yang akan dilakukannya menurut pertimbangan
kesehatan pasien. Sedangkan faktor yang kedua adalah Faktor Ekonomi . Maksud dari faktor ini
adalah Euthanasia dilakukan karena faktor ekonomi
keluarga yang tidak memungkinkan apabila pasien terlalu lama dirawat dirumah
sakit. Jadi pada kasus ini keluarga pasien memang sudah tidak mampu
menanggung biaya rumah sakit karena pasien sudah terlalu lama dalam masa
komanya. Pada kondisi ini pihak keluargalah yang meminta agar alat – alat
penyokong kehidupan pasien dicabut.
Euthasia sebenarnya memang merupakan kasus
kontroversial yang masih banyak diperdebatkan oleh berbagai kalangan. Jika
dilihat dari dua kategori Euthanasia yang sudah dijabarkan diatas kita sebagai
manusia tentu dapat merasakan bahwa Euthanasia kategori Euthanasia aktif pasti
terdengar lebih kejam daripada Euthanasia Pasif. Di Euthanasia Aktif ini
seorang dokter yang melakukannya bisa dikatakan sebagai pembunuh oleh sebagian
besar orang. Hal tersebut tentu sangat tidak enak di dengar dan dapat
menurunkan martabat dokter.
Sebagai seorang mahasiswa keperawatan saya
sendiri tidak menyetujui adanya fenomena Euthanasia Aktif dikarenakan hal
tersebut memang tidak manusiawi, sangat kejam serta hukumnya haram dalam Agama
Islam. Saya sebenarnya juga kurang begitu menyukai Euthanasia Pasif, namun
dibandingkan dengan Euthanasia Aktif, kategori ini lebih manusiawi. Jika
dilihat dari persepsi saya sebagai seorang calon perawat profesional saya akan
lebih memilih merawat pasien dengan baik sampai sembuh atau pun sampai
meninggal dengan tenang dengan cara yang wajar tanpa adanya Euthanasia karena
sampai sekarang pun fenomena Euthanasia masih diperdebatkan.
Selasa, 19 Juni 2012
Kamu bukan (lagi) untukku
Kadang apa yang
dipikirkan oleh seorang gadis kecil itu benar. Apa yang diperkirakannya
ternyata benar. Dengan wajah yang cukup kaget, gadis kecil itu terus memandangi
handphonenya dan terus membaca berulang-ulang pesan dari seseorang. Seseorang
itu mengatakan padanya bahwa lelaki yang (masih) dicintai gadis itu telah
memiliki orang lain, lebih tepatnya sedang dalam proses yang pernah dilaluinya
pula. Gadis itu terlalu bingung untuk mengekspresikan apa yang dirasakannya,
dia hanya bisa tersenyum kecil sambil mengelus dada.
Sesak semakin terasa dan rasa tak
percaya pun semakin memuncak. Kini lelaki itu benar-benar telah melupakannya,
dan telah mencari sosok untuk menemaninya. Tak lama setelah membaca hal itu, ia
pun segera memberitahu pada teman-teman curhatnya. Syukurlah, teman-teman gadis
itu mampu membuatnya menjadi lebih tegar. Cukup sulit baginya untuk
(berpura-pura) tegar, kemudian merekahkan senyum dipipi mungilnya itu. Gadis
kecil itu kehilangan kata-kata, seketika ia menjadi seorang yang sangat
pendiam.
Ada rasa penyesalan mengapa dia
mempertanyakan hal itu pada orang yang terpercaya namun disisi lain, jika ia
tak mengetahuinya mulai dari saat itu, ia akan jauh lebih sakit dari padasaat
itu. “Setidaknya mulai saat ini aku bisa mempersiapkan diriku terutama hatiku,”
kata gadis itu dalam hatinya. Mungkin mempersiapkan hati dan mental untuk
kompetisi memang sulit namun mempersiapkan hati dan diri untuk melihat
seseorang yang penting baginya telah memiliki orang lain jauh, sangat jauh
lebih sulit.
Gadis kecil itu semakin tak tau arah,
dan apa yang harus dilakukannya. Gadis itu masih saja melihat gariswaktu pria
itu, dan sekarang melihat sosok wanita itu bahkan orang-orang yang mempunyai
hubungan dengan pria dan wanita itu. Gadis itu tak tau bagaimana caranya untuk
berhenti mempedulikan semuanya, berhenti memikirkannya, ataupun hal-hal
lainnya. Bahkan ia tak tau apakah disaat ini semua terjadi seperti
perkiraannya, ia akan sanggup untuk melihatnya.
Ya semoga saja, semoga gadis itu akan
sanggup melewati semuanya. Melewati dengan hati yang (cukup) tegar dan mampu
merekahkan senyum dipipinya saat melewati semuanya. Ia hanya berharap, walaupun
lelaki itu telah meninggalkannya namun lelaki itu tetap mengingat tentangnya
ataupun kenangan mereka. Walaupun hanya memberi ucapan ulang tahun pada gadis
itu saat gadis itu genap pada usia yang cukup dewasa baginya .
Sekian…
Sepotong hati yang tersisa
Terus
ku jalani setiap hariku walau kini kamu tak lagi disisiku. Terus ku rekahkan
senyum di pipi ini dengan mengandalkan potongan hati yang masih tersisa.
Tanggal dan bulan tak pernah berubah namun hati yang menjalani semua itulah
yang berbeda. Senyumku tak lagi seperti dulu saat bersamamu, tak selebar saat
dekat denganmu, tak seindah saat ditemani oleh sosokmu.
Seperti layaknya hukum ekonomi, “Modal
sedikit, menghasilkan hasil sebanyak-banyaknya.” Seperti itulah aku dengan
modal potongan hati yang tersisa, aku terus mencoba mencari penggantimu yang
kini mungkin telah mendapat penggantiku di selatan sana. Kamu terlihat terlalu
serakah, bahkan terlampau serakah. Kamu mencuri hatiku, dan hanya menyisakan
potongan-potongan yang membuatku tak berdaya.
Sepotong hatiku seperti halnya
sepotong coklat. Yang kecil dan tak mampu memberi kepuasan. Namun kadang
membuat orang menjadi penasaran dengannya. Keyboard dilaptopku pun seperti
lepas, tak ingin untuk ditekan oleh jemariku. Kata-kataku pun seperti habis
saat berbicara tentang sepotong hati yang tersisa.
Aku
pun tampak seperti seorang petani, yang sedang mencari bibit yang tepat untuk
ku tanamkan diladang hati. Bibit yang mampu membuat hatiku kembali utuh dan
bibit yang kuat. Aku tak ingin lagi disuatu hari nanti, hatiku hanya menjadi
potongan kembali. Sudah cukup saat ini hatiku hanyalah seperti potongan coklat.
Yang terus mencair , hingga akan tak bersisa.
Syukurnya kali ini aku sudah menjadi
petani yang sukses. Aku sudah muali mendapat bibit yang cocok diladang hati ini.
Ya semoga bibit ini bukanlah sembarang bibit seperti lainnya. Semoga bibit ini
menjadi bibit yang benar-benar tepat, dan akan tumbuh subur. Bukan hanya bibit
yang terlihat baik tetapi sebenarnya tidak baik.
Sekian
..
Gariswaktumu :)
Dikeheningan
malam, aku selalu stalking di gariswaktumu. Tak pernah bosan ataupun jenuh. Gariswaktumu
seperti mempunyai pesona tersendiri, yang selalu mengalihkan pandanganku. Tak
tau kenapa, aku selalu penasaran dengan apa yang kamu tulis. Karena hanya
dengan itu, aku dapat mengetahui kabarmu, dan mengenai kisah cintamu. Sakit tak
dapat kuhindari, sesak selalu mengiringiku. Saat aku mencoba melihat
gariswaktumu, tak sengaja aku mengetahui gosip tentangmu yang akupun bingung
mengenai kebenarannya. Inginku bertanya padamu mengenai itu, namun aku tak
mempunyai kuasa untuk itu. Aku berusaha tegar, menyembunyikan sesak yang ku
rasakan.
Gariswaktumu selalu menyimpan cerita
yang penuh dengan tanya. Yang hanya bisa ku pendam jauh didasar hatiku.
Membuatku gelisah, seperti tak tau arah lagi untuk meneruskannya. Tetapi dibalik
semua itu, aku rindu mentionmu dengan memanggilku, “sayang.” Mungkin panggilan
itu akan kamu sebutkan untuk wanita lain. Entah mengapa aku rindu dengan
permainan kata-katamu yang selalu membuatku lupa diri. Baiklah, aku rela
melepasmu. Kini kita mulai dapat mencari pengganti, walaupun tak akan ku jumpai
sepertimu lagi.
Rasanya aku ingin menekan tombol block
di profilku, atau menekan unfollow. Tetapi sulit bahkan sungguh sulit untuk itu.
Tak melihat gariswaktumu seperti ada yang kurang walau kadang itu menyesakkan
bahkan menyakitkan hati ini. Aku bahagia melihatmu bahagia, walaupun itu hanya
kebohongan semata.
Sekian
..
terukir manis :)
Tawamu selalu membuatku tersenyum. Tersenyum walau kadang tak
ada yang lucu ataupun menggelitik. Senyum yang mengembang di pipimu selalu
memperindah setiap hariku. Sapaanmu takkan pernah ku lupakan walau kamu tak lagi
disisiku. Suaramu yang selalu menjadi nada terindah untuk telinga ini. Akupun
hanyalah aku, seseorang yang pernah selalu disisimu. Tak pernah ada ragu dihati
ini mengenai kamu, hatiku tak pernah ragu untuk memilihmu. Kamu yang menguatkan
aku untuk beberapa bulan, tetapi kamu jugalah yang membuatku terpuruk oleh
kesedihan ini. Kita selalu berangan bersama untuk masa depan kita, selalu
saling mendukung satu sama lain. Terus membawaku hanyut ke dalam mimpi yang
kini tinggalah mimpi yang semu.
Seperti badai,
yang tiba-tiba menghancurkan segalanya, kamu mengucapkan itu dengan,
“Bismillah.” Tampaknya kamu telah begitu yakin dengan hatimu untuk
melepaskanku. Seperti datangnya tsunami, yang tidak meninggalkan sedikitpun
bekas, kamu pun dengan polosmu berkata, “Kini kamu tak ada lagi dihatiku.”
Dengan senyum yang ku paksakan untuk tegar, aku menerima dengan keikhlasan. Perbedaan
itu kini semakin nyata saat kamu pergi. Perbedaan yang tidak akan pernah dapat
dipersatukan seperti halnya air dan api. Sekeras apapun kita berusaha, takkan
ada yang berubah dari perbedaan itu. Kamu dan aku berbeda walaupun dulunya kita
bersama.
Melupakanmu
terlihat seperti kabut tebal tetapi itu lebih baik daripada jurang masa lalu
kita, walaupun dibawah jurang itu terdapat taman yang begitu indah. Kita pernah
bersama untuk beberapa waktu, mengarungi cinta tanpa peduli rintangan yang
menghadang. Aku seperti selalu kuat saat kamu ada, dan terasa lemah saat kamu
pergi. Cinta kita telah berakhir namun tidak dengan hatiku yang selalu memilihmu.
Namamu kan selalu terukir manis dihidupku.
* Untukmu yang terkasih, yang telah jauh di pulau sulawesi
bagian selatan
Yang kini
telah berbahagia :”)
Aku adalah aku
Seperti halnya air, aku pun selalu ingin mengalir, dan terus
mencari celah untuk itu. Menyegarkan setiap yang ku lewati. Aku adalah aku. Seorang gadis muda yang selalu
dibilang masih kecil oleh orang-orang. Aku hanyalah seorang gadis yang kadang
menjadi dewasa saat tegar namun menjadi kanak-kanak kembali saat manja. Aku
bukanlah siapa-siapa, bukanlah seorang gadis populer seperti gadis lain. Namun
aku selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dimata orang lain. Aku adalah
gadis cengeng, yang tak dapat menahan amarah dan sesak didadanya yang begitu
sulit tuk diungkapkan.
Aku hanya titik
pada sebuah garis yang sulit tuk ditemukan. Namun tanpa aku, garis itu takkan
pernah terbentuk. Orang-orang menyebutku pendiam saat melihatku untuk pertama
kali, namun setelah mereka mengenalku, mereka tahu bahwa aku adalah gadis
cerewet yang tak ingin menampakkan kesedihannya dimata orang walau tak dapat. Walaupun
aku masih muda, namun aku bukanlah gadis yang labil saat jatuh cinta. Dikala
aku benar-benar jatuh cinta, perasaanku takkan berubah dengan cepat. Aku
bukanlah seseorang yang pintar untuk merahasiakan sesuatu dariku namun
percayalah aku mampu menjaga rahasia seseorang.
Kadang aku ingin
bersembunyi dari masalah, tetapi aku sadar bahwa masalah bukan untuk dihindari
namun untuk diselesaikan saat masalah itu masih kecil. Dan masalah bukan untuk
menjatuhkan kita tapi untuk mendewasakan kita.
Sekian..
I'm tired
Lelahnya
aku, sangat lelah ketika aku harus menghitung waktu untuk melupakanmu. Namamu
dipikiran dan hatiku seperti nama yang telah terukir dibatu yang sulit untuk
terhapus walau badai menerjangnya. Andaikan namamu hanya seperti tertulis di
pasir, aku yakin melupakanmu takkan sesulit ini, takkan sekeras ini dan takkan
memerlukan perjuangan seperti yang ku lakukan saat ini. Kamu itu seperti
penjajah dimasa sebelum kemerdekaan, dan aku adalah Indonesia. Begitu sukar
rasanya mengusirmu, apakah aku harus seperti Indonesia, yang membutuhkan waktu
selama 365 tahun dulu untuk merdeka darimu?
Semakin keras aku mencoba, bukan
semakin mudah bagiku namun semakin berat rasanya. Jangankan untuk melupakanmu,
berhenti untuk peduli padamu pun aku tak sanggup. Dan Walaupun air mata telah
mengalir deras, namun belum dapat menghapus sesakku. Belajar melupakanmu
seperti membawaku kembali mengingat bagaimana saat aku belajar menaikki sepeda.
Sering aku terjatuh namun aku kembali bangkit. Terus mencoba hingga aku bisa
seperti itulah yang ku harapkan.
Namun aku hampir lupa, bagaimana untuk tersenyum seperti
bersamamu dulu, bagaimana aku jatuh cinta seperti halnya saat kita pertama kali
berjumpa. Andaikan aku seperti doraemon yang mempunyai mesin waktu, hanya satu
hal yang ingin ku lakukan, aku ingin merubah apa yang pernah terjadi diantara
kita. Ya aku sanggup melepasmu tapi tidak melupakanmu. Apakah kamu sudah
mendapatkan wanita yang lebih baik dariku ? Aku tak tau apakah aku akan tegar
ketika sampai di titik, dimana aku tau kamu telah tersenyum bersama wanita
lain. Mengapa melupakanmu tak semudah mengagumimu ?
Aku heran pada diriku sendiri, aku
benci pada hatiku, yang masih belum bisa menghapus seluruh kisah kita. Apa
kabarmu sekarang ? Apakah kamu baik-baik saja ? Semoga kamu baik-baik saja
disana, dikota yang berbeda. Jika aku boleh jujur, akan ku katakan padamu, “Aku
rindu padamu, aku rindu perhatianmu, aku rindu sapaanmu dikala aku membuka
mataku dipagi hari, aku rindu ucapanmu saat aku akan memejamkan mataku kala
malam, aku rindu dekapan cintamu yang penuh dengan kehangatan bahkan
mengalahkan kehangatan mentari, aku rindu suara indahmu yang selalu membangunkanku
dari tidur lelapku.” Aku rindu bagaimana kamu memanggilku, “Sayang.” Saat
bersamamu, gengsiku seketika lenyap, yang ada hanyalah kejujuran dan kepolosan.
Saat kamu hadir, terasa ada pelangi indah disaat aku menjalani hariku. Namun
disaat kamu melangkah pergi, seakan-akan pelangi itu langsung menjadi hujan
yang tak pernah berhenti hingga saat ini.
Aku tak tahu mengapa sesulit ini
melupakanmu. Andai logikaku dapat mempengaruhi hatiku. Disetiap malam sebelum
aku tidur, masih saja terus terbayang kenangan indah itu. Terbayang bagaimana
wajahmu selalu mengisi hariku, tawamu yang selalu membuatku tersenyum, dan
candamu yang menyemangatiku. Namun aku tersadar, bahwa kamu bukanlah milikku
lagi. Bukan seseorang yang selalu disisiku lagi, menghapus air mataku, dan
menguatkan aku dikala aku terjatuh. Belum ku dapati lagi seseorang sepertimu,
yang bisa membuatku nyaman seperti tak ada masalah. Belum ada yang bisa
menggantikan posisimu dan membuatku jatuh cinta seperti saat cinta itu memilihmu.
Entah mengapa seperti itu, aku pun tak tahu. Jangan tanyakan apapun padaku,
tanyakan saja pada mataku yang tak mungkin berbohong.
Sekian..
Dimensi waktu
Aku
seperti kehabisan kata-kata saat berbicara mengenai waktu, lebih tepatnya
dimensi waktu. Selama bumi masih mengelilingi matahari maka selama itulah waktu
akan terus berjalan tanpa mempedulikan siapapun yang ingin menghentikannya. Waktu
berlalu sangat cepat, terus berganti dimensi hingga saat ini. Setiap dimensi
selalu memberikan kesan yang berbeda dengan lainnya. Antara masa lalu, masa
kini dan masa depan.
Masa lalu adalah dimana aku mempunyai
berjuta angan bersamanya kelak. Dimana senyum selalu merekah dipipiku
sampai-sampai aku seperti tak mengenal air mata. Masa dimana dibenakku tak
pernah terbersit sedikit pun mengenai apa yang terjadi di masa kini. Apa yang
terjadi dimasa kini seperti berbalik 180 derajat dengan anganku dimasa lalu.
Namun yang tak pernah akan terbalik dari pikiranku adalah kamu. Kamu tak pernah
berbalik dari keindahanmu yang membuat mataku tak dapat terpejamkan , yang
selalu hadir dengan keindahanmu.
Masa kini adalah masa dimana aku
belajar menjadi seseorang yang kuat. Dimasa ini pula aku taubagaimana untuk
menjadi seorang manusia yang sesungguhnya, yang tau apa arti kebahagiaan dan
apa arti air mata. Tak ada yang salah dengan apa yang terjadi diruang waktu
ini, semua terlihat seperti terencana oleh Tuhan. Walaupun rencana Tuhan itu
jauh dari rencana yang pernah ku impikan sebelumnya. Namun itulah hidup, yang
selalu memberi kejutan dihari-hari yang kita jalani. Hidup bukan hanya
mengajarkan untuk tersenyum indah, seindah pelangi dilangit biru dan secerah
mentari dipag hari. Namun juga mengenai bagaimana menghapus air mata, seperti
embun yang terhapus dikala hari telah menjelang pagi. Setiap malam aku
berpikir, “Apa kabarmu di sana ? Apa kamu telah mendapat kebahagiaan walau
bukan bersamaku ?” Karena kini dimensi waktu telah beranjak dari masa lalu,
masa dimana kita bersama.
Dan masa depan adalah masa yang masih
menyimpan misteri hidup didalamnya. Tuhan masih menyembunyikan rencanaNya , Dia
seperti ingin memberitahu bahwa hidup adalah misteri yang mempunyai banyak
kejutan. Tuhan menciptakan dimensi waktu untuk mengajarkan kita, bagaimana
untuk bersyukur dengan apa yang kita punya dimasa itu karena belum tentu akan
terus kita miliki di ruang waktu selanjutnya, seperti halnya kamu :’)
Sekian..
Jumat, 08 Juni 2012
baru ku sadari..
Kamu
seperti api, yang membakarku. Api yang selalu dan akan meninggalkan bekas pada
apa yang dibakarnya. Api yang terlihat tak bertanggung jawab namun tak bisa tuk
dipersalahkan. Api selalu menghebohkan setiap yang melihatnya bahkan terpukau
oleh kobarannya. Api dengan cahayanya yang sulit tuk dipadamkan.
Cukup lama kita telah saling mengenal
dan menjalin kekerabatan. Setiap hari kita selalu bertemu, dan berkomunikasi.
Hingga suatu ketika aku menyadari ada sesuatu yang aneh denganku tentangmu. Awalnya
aku menganggap itu hanyalah permainan
semata diantara kita,namun ? Semakin lama aku pun tak mengerti, apakah ini
hanya perasaanku ataukah yang dinamakan cinta ? Semua terasa tak seperti
biasanya. Seperti mulai ada yang bergejolak dihati ini saat itu.
Dulunya aku berpikir, “aku takkan
pernah tersenyum lagi setelah luka itu.” Tapi setelah melihatmu.d apat ku
katakan, “Hanya kamu yang mampu membuatku tersenyum kembali setelah luka yang
ku rasakan.” Mungkin terlalu pagi bagiku tuk mendefinisikan apa yang ku rasa
saat itu. Tetapi aku tak mampu untuk berdusta kalau kamu hadir dalam hidupku,
seakan membawa cahaya sangat terang yang menunjukkan arah bagiku untuk
melangkah kembali. Kamu yang membuatku sejenak melupakan masa laluku.
Aku terus menahan
perasaan ini hingga aku tiba disuatu waktu. Disaat aku mulai nyaman bersamamu,
dan disaat aku mulai dapat mengartikan getaran hati ini. Namun disaat itu
jugalah kamu pergi. Sejujurnya, inilah yang ku takuti selama ini. Ketika aku
mulai mencintaimu seperti bagaimana aku mencintai masa laluku, disitulah kebahagiaan
yang mulai bersinar akan lenyap seketika tanpa meninggalkan bekas setitikpun.
Sesal pun terus ku rasakan, menyesali mengapa semua ini terjadi lagi. Semakin
aku menyesal, akupun semakin tenggelam dalam air deras. Hanya satu hal yang
mampu ku lakukan selain menyesali kepergianmu, ialah berdoa pada Sang Pemilik
bumi ini, untuk mempertemukan kita kembali. Aku cinta kamu , …..
Sekian ….
tolong hentikan aku !
Tolong hentikan aku !
Sudah cukup lama aku terjebak di penjara ini. Penjara yang
sangat menyiksaku dan tak pernah membiarkan aku keluar untuk menikmati hidupku.
Sudah cukup lelah aku membendung segala perasaan ini. Kini aku merasa, hati dan
bibirku seperti langit dan bumi. Langit dan bumi yang selalu berbeda, mempunyai
kelebihan masing-masing, dan tidak akan pernah bersatu.
Hari terus berganti, siang terus
menjadi malam , tapi kamu ? Kamu tak pernah beranjak sedetik pun dari
pikiranku. Mungkin ada yang salah dengan mindset ku , yang selalu mengatur kamu
dipikiranku. Bibirku selalu mengatakan, “Aku telah melupakannya. Dia hanyalah
masa laluku.” Namun hatiku ? selalu berkata lain, seakan tak pernah setuju
dengan bibirku. Tuhan menciptakan seluruh organ tubuh untuk saling melengkapi.
Apa yang diucapkan oleh bibir itulah yang keluar dari hati. Namun seringkali
bibirku mendustai hati ini.
Tolong hentikan aku mencintaimu ! Mengapa begitu sulit untuk
melupakanmu ? Menjauh dari bayang tentangmu ? Tolong hentikan aku memikirkanmu
! Hentikan aku ! Aku ingin bahagia walau tak bersamamu, akan tetapi realita
hidup seakan-akan memberitahuku bahwa, “Hanya kamu kebahagiaanku bukan yang
lain.”
Mengapa
kamu seperti sangat bahagia membuatku memikirkanmu ? Aku lelah ! Hentikan aku
tuk berangan tentangmu ! Berangan tentangmu seperti membuat aku terlelap dalam
mimpi semu.
Ketika aku bermimpi
tentangmu, aku tak ingin untuk bangun dan mengetahui kenyataan bahwa kamu
bukanlah milikku lagi. Hentikkaaaaannn ! Aku ingin berteriak dikupingmu,
membentakmu untuk menghentikanku. Tapi aku bukanlah siapa-siapa. Kita hanyalah anak
manusia yang dunia sebut “MANTAN.” Hentikan aku tuk mempedulikanmu ! Kadang aku
heran, “Mengapa aku tak berhenti mempedulikan kamu saat kamu sudah tak
mempedulikanku ?” Aku merasa manusia terbodoh dimuka bumi ini ketika aku masih
saja terus mempedulikan tentangmu. Dihati ini, selalu ada hasrat yang
menggebu-gebu untuk tau tentangmu, walaupun sering aku penasaran bahkan
tersakiti oleh apa yang ku buat itu.
Mataku seperti terbutakan dan tak bisa melihat orang yang
disekelilingku. Seseorang yang mungkin mencintaiku lebih darimu. Seseorang yang
mencintaiku seperti bagaimana aku mencintaimu. Tapi itu sungguh sulit bagiku.
Aku tak tau sampai kapan aku akan terpenjara namun aku hanya berharap, suatu
hari nanti , kan ada seseorang yang melepaskanku dari belenggu cinta ini
Sekian…
sejenak saja
Detik
waktu tak pernah akan berhenti. Detik akan selalu menjadi menit, menit pun akan
selalu menjadi jam. Hari akan terus berganti, menjadi bulan bahkan tahun. Sering
aku berpikir untuk kembali ke masa lampau. Dimana aku dapat menikmati hidupku
tanpa beban sedikitpun. Kamu bukanlah beban tetapi kenangan yang kamu
tinggalkan, itulah beban hati dan pikiranku. Jika boleh aku kembali ke masa
indah itu, sejenak saja. Aku masih ingin menikmati masa indah itu bersamamu
yang kini telah menjadi sebuah nama yaitu KENANGAN.
Hidup adalah nasib dan nasib adalah
takdir. Jika aku boleh meminta kepada Tuhan, izinkan aku meminta padaNya untuk
menjadi masa depanmu bukan masa lalumu. Masa lampau, masa kini dan masa depan
adalah dimensi waktu yang berbeda yang tak pernah mungkin untuk diputar kembali
maupun dipercepat. Waktu bukanlah seperti radio yang dapat dipermainkan.
Sejenak aku berpikir untuk membunuh masa laluku Namun dimasa itu ada seseorang
yang tak dapat dibunuh, yang telah meninggalkan luka yang cukup menelusuk hati
ini. Sejenak saja bersamamu sudah dapat membuat aku tersenyum menahan sesak
hati.
Kembali ! Kembali ! Kembali !
kembalilah walau hanya sejenak. Aku ingin bersamamu walau hanya sejenak. Namun
jika memang kamu tak akan pernah kembali dalam hidup ini, tolong pergi ! Pergi
dari hidupku, pergi dari pikiranku, pergi dari hatiku, sudah cukup air mataku
mengalir untukmu. Sudah cukup hatiku teriris karena tak dapat bersamamu.
Mungkin Tuhan belum mau mempersatukan
kita. Namun hidup masihlah panjang, dan mimpi akan selalu ku taburkan dalam
perjalanan hidupku. Hanya satu mimpi terbesarku, aku bisa berjodoh denganmu
walaupun saat ini kita tak bersama dan terpisah oleh jarak. Namun hanya Tuhan
yang tau perasaan apa yang pernah ada diantara dua anak manusia yang lemah ini.
Sekian..
daptkah kau memandangku ?
Kedua
matamu sungguhlah indah, bahkan kata-katapun tak mampu menggambarkannya Mataku
terus saja ingin memandangmu, dan jauh menatap matamu. Namun kamu ? seperti tak
pernah ingin menatapku, ataupun hanya memandangku sejenak. Matamu seperti
enggan untuk melihatku, dan terus memalingkan wajahmu dari pandanganku.
Kamu terus berlari, dan terus berlari
seakan-akan tidak pernah mempedulikan diri ini. Setiap malam aku selalu
berpikir, “Mengapa kamu sangat enggan untuk menengokku bahkan hanya sejenak pun
kamu seakan-akan tak ingi ?” Pandang aku ! Lihat aku ! Pedulikan aku ! Tengok
hati ini ! aku seperti ini menggoyangkan badanmu, dan berkata seperti itu
dengan nada tinggi. Tapi ? Kamu tak pernah memberi aku waktu, walaupun hanya
sedetik.
Kamu selalu pergi, mencari dan terus
mencari cintamu yang semu. Tak pernahkah kamu berpikir bahwa ada seseorang yang
mencintaimu dengan tulus ? Apakah kamu tak dapat melihat ? Aku ingin berhenti
memandangmu, namun mataku berkata lain. Ia selalu ingin memandangmu, melihatmu
dan menatap gerak-gerikmu. Melihat matamu selalu menghanyutkan aku kedalam
lembah yang terdalam dan tak mengizinkan aku untuk kembali ke atas lembah itu.
Pergi
! Pergi ! Apakah kamu tidak lelah untuk membuatku selalu memandangmu ?
Sedangkan kamu tak pernah memandangku walaupun hanya sedetik dihidup ini ! Pandanganku
selalu terhenti dikamu, tak pernah berubah sejak beberapa bulan lalu hingga
sampai titik dimana kamu pergi.
Amnesia, ya amnesia ! Jika aku boleh
mengalami itu, aku sungguh ingin . Agar aku dapat melupakanmu, melupakan bagaimana
cara aku memandangmu dan bagaimana cara aku mencintaimu dari tulus hati ini.
Rasanya aku ingin menerjunkanmu dari lantai teratas sehingga aku tidak dapat
memandangmu lagi seperti kamu yang tak pernah memandangku. Mungkin inilah jalan
takdirku, memandang seseorang yang tak pernah memandangku. Aku akan terus
mengagumimu walau kamu tak pernah tau itu.
Sekian…
terselimut kabut rindu
Tak
ada yang salah dengan rindu. Rindu adalah salah satu anugerah Tuhan yang harus
disyukuri oleh semua umatnya dibenua manapun. Rindu itu seperti kabut putih
keabu-abuan yang tebal, jauh lebih tebal dari apapun. Kabut yang menunjukkan
bahwa tak ada jalan lagi , yang terus saja mengganggu pandangan mata ini.
Seperti halnya cinta, rindu juga selalu menyimpan misteri hidup didalamnya.
Namun ada satu hal yang salah dari
rindu. Mungkin bukan rindu tetapi dimana rindu itu ada. Jauh disudut kota
Melbourne ,terlihat seorang gadis putih. Memandang sudut kota itu dengan mata
coklatnya yang indah. Bukan baru sehari ia kehilangan kekasih pujaannya itu dan
bukan baru sebulan ia telah mencoba mengikis rasa rindu yang dirasakannya. Rindu
itu seperti telah mengalir didarahnya dan sulit tuk dipisahkan.
Disuatu malam yang dingin,ia terduduk
menatap langit benua Australia yang bertaburan dengan bintang. Sejenak ia
berpikir, “Andaikan langit dan bintang itu seperti aku dan dia, tak ada yang
mampu memisahkan aku dan dia.” Tiba-tiba handphonenya pun berdering, seakan
ingin mengagetkannya untuk tegar.
Tak
lama kemudian, ia melihat sedikit kenangannya bersama kekasih hatinya itu. Dan
rindu yang dirasakannya pun semakin memuncak, terus memuncak hingga ia tidak
tau bagaimana harus menekan rasa itu. Ia pun mengingat kepada Sang Pencipta, ia
berlari ke sudut kamarnya. Ditempat itulah ia berbincang-bincang dengan Tuhan,
dan menyebut nama mantan kekasihnya itu. Tangis pun oecah saat ia bercakap-cakap
dengan Tuhannya. Ia hanya sedikit menyesali, mengapa mereka harus dipertemukan
jika harus berujung dengan perpisahan. Setelah ia berdoa, perasaannya pun
menjadi lebih lega. Kini ia hanya bisa mencoba kuat dan menepis rindu itu.
Sekian..
datang dan pergi
Cinta selalu datang dan pergi tanpa ada
seorang pun yang mengetahuinya. Datang dan perginya cinta tampak seperti
semilir angin. Disebuah kota yang tak besar, disitulah ada cinta. Seorang
wanita setia yang sangat mencintai kekasih hatinya yang telah menemaninya
selama berbulan-bulan bahkan setahun. Seringkali ia merasa menjadi seseorang
yang paling bodoh dimuka bumi ini, ketika ia sangat mencintai lelaki itu, namun
lelaki itu seperti angin yang selalu saja hanya berlalu-lalang tanpa
menampakkan dirinya. Mengusik hari wanita itu, mengusik hati dan pikirannya.
Disaat
ia dan lelaki itu sudah tak bersama, dan ia mempunyai pria lain yang lebih dari
sebelumnya. Tetapi apalah dayanya, cinta tak dapat dipaksakan. Ternyata ia
masih sangat mencintai pria itu, walaupun pria itu telah menyakitinya berulang
kali bahkan menghianatinya. Ia bukan tak pernah berpikir untuk meninggalkan pria
itu. Bibirnya mampu untuk berkata ia mampu namun hatinya ? Tidak !
Jauh
direlung hatinya yang terdalam, ia masih saja mencintai pria yang sudah
menghianatinya. Jauh di bawah alam pikirannya, masih terus saja terngiang nama
pria tersebut. Walau teman sepermainannya telah mengingatkannya berulang kali,
akan tetapi ia tak dapat membohongi hatiinya.
Hingga
suatu saat, mereka kembali bersama. Belum lama setelah senyum bahagia itu
menghiasi pipinya, lelaki itu kemudian pergi lagi dengan wanita lain. TEGAR,
IKHLAS, itulah yang ia usahakan saat mengetahui hal tersebut. Tetapi ? kadang
logika dan perasaan seperti jarak antar benua Asia dan Afrika, terlampau jauh
untuk dipersatukan.
Saat
wanita itu mulai bisa melupakan pria itu, seperti ingin selalu mengusik wanita
tersebut, sang pria datang kembali. Datang dengan 1000 janji dan 1000 harapan
yang mungkin saja akan menghancurkan wanita itu lagi. Sulit tuk dipungkiri,
wanita itu masih mempertimbangkan pria itu walaupun diluar sana ada pria lain
yang mencintainya. Hingga sampai suatu saat, titik dimana ia benar-benar
menyadari bahwa cinta bukan untuk dipermainkan. Jika lelaki itu sungguh
mencintainya, tentu saja ia takkan mempermainkan perasaan gadis itu.
Dan
kini gadis itu masih terus mencoba untuk melupakan pria tersebut. Terus dan
terus mencoba walaupun tampak ada kabut tebal di hadapannya. Tetapi gadis itu
percaya, “Saat kita mencoba dengan keteguhan hati dan tidak berputus asa, kita
akan mendapatkannya walau harus dengan air mata.”
Sekian…
ketika cinta memilih
Sebuah anugerah
Tuhan yang begitu indah. Tak ada seorang manusia pun yang kuasa untuk menahan
anugerah tersebut ataupun menghindari semua gejolak rasa itu bahkan mengusir
rasa itu dari hatinya. Rasa itu hadir tanpa memilih kapan dan kepada siapa.
Walaupun dimensi waktu itu telah berbeda, antara ruang waktu masa lalu dan masa
kini.
Fajar
pun telah menyingsing, menyilaukan setiap mata yang memandangnya dan menyambut
senyuman pagi seorang gadis manis SMA yang bernama Davina. Hubungan yang
dulunya hanyalah sebagai teman, kini telah berganti menjadi kekasih hati.
Itulah yang dirasakan oleh Davina. Awalnya Davina dan Putra hanyalah sepasang
teman sepermainan namun telah berganti menjadi sepasang hati yang terikat dalam
cinta.
Ditengah
rajutan asmara yang terasa sempurna itu, seakan-akan seperti ada petir yang
datang dalam hubungan Davina dan Putra. Tak pernah dibayangkan oleh Davina,
seseorang yang hidup dimasa lalu Davina pun kembali hadir, menawarkan cinta
yang pernah hadir diantara mereka. Davina pun menceritakan hal itu kepada teman
sepermainannya. Semua teman sepermainan Davina pun sangat kaget dan tak mampu
memberikan komentar.
Bimbang
dan gelisah, seperti enggan pergi dari hati Davina. Pergolakkan pun terjadi,
keputusan yang akan memberikan dampak terhadap siapapun. Jika Davina memilih
salah satu diantara Putra atau Andi, akan ada hati yang tersakiti dan jika ia
memilih untuk melepaskan keduanya, ia pun merasa takkan sanggup. Bukanlah hal
yang mudah bagi Davina harus memilih kedua orang yang hadir dalam hidupnya pada
ruang waktu yang berbeda. Davina pun merenungi, siapakah yang harus dipilihnya,
apakah Andi ataukah Putra ? Jika ia boleh memilih , ia akan memilih untuk tidak
berada pada posisi tersebut, namun apalah kuasa Davina menahan rencana dari
Sang Pemberi anugerah tersebut.
Keesokan
harinya, setelah direnunginya selama semalam penuh. Ia pun mengambil suatu
keputusan yang menurutnya adalah yang terbaik untuk saat itu walaupun akan
menyakiti seseorang. Dengan berat hati dan dengan keteguhan hatinya, ia pun
memilih untuk melepaskan cinta yang menemaninya selama beberapa bulan terakhir
dan kemudian memilih cinta yang hidup di masa lalunya. Davina pun memanggil
Putra walaupun sebenarnya dia tidak tega untuk melepaskannya. Namun itulah yang
dinamakan hidup, hidup adalah ketika kita harus memilih diantara berbagai
pilihan yang sangat sulit, itulah kata-kata yang cocok bagi Davina
Waktu
pun seperti berhenti saat itu, dan seperti enggan untuk berjalan kembali. Dinda pun segera menyatakan
itu kepada Putra. Air mata pun tak tertahankan saat itu, seperti memaksa untuk
dilinangkan dipipi Davina. Namun dengan keteguhan hati, Putra pun menerima
keputusan dari seseorang yang sangat di cintainya walaupun terasa sungguh berat
untuk melepaskan Davina. Senyum pun diberikan oleh Putra saat keluar dari kelas
tersebut. Kemudian pecah lah tangis Davina dan teman-teman lainnya, karena tak
tega melihat Putra. Davina pun merasa sangat bersalah, namun ia tak mampu
menahan semuanya.
Setelah
ia memutuskan Putra, hubungannya bersama Andi pun semakin dekat. Tak lama
kemudian mereka pun menyambung kembali hubungan cinta tersebut. Di lubuk hati
terdalam, Davina hanya mampu berharap, Andi yang dipilihnya takkan mengecewakan
dirinya lagi seperti di masa lalu karena sulit baginya untuk melepaskan Putra
kemudian memilih masa lalunya. Semoga apa yang dipilih oleh Davina adalah
pilihan yang terbaik. Sekian..
Senyum itu :)
Kadang aku tak tau bagaimana harus melangkah. Senyum indah
itu selalu menghiasi hari-hari gadis itu, menambah keindahan di pagi hari.
Senyum itu seperti menambah kencangnya detak jantungnya, sehingga seperti enggan
untuk berhenti berdetak. Tidak ada seorang pun yang mampu mendefinisikan
mengenai cinta bahkan seorang ilmuwan pun. Cinta bukanlah mengenai ilmu
pengetahuan namun mengenai anugerah Tuhan.
Seringkali Tuhan mempertemukan dua anak
manusia, untuk saling jatuh hati. Namun tak jarang juga, Tuhan mempertemukan
kedua anak manusia itu hanya untuk saling jatuh cinta namun tidak untuk
berjalan bersama mengarungi samudra hidup ini. Hitam dan putih, adalah dua
warna yang tak mungkin bisa dipersatukan, seperti itulah kedua anak manusia itu
dengan perbedaan yang mereka miliki. Kedua anak manusia itu tak mampu menahan
derasnya asmara dikala cinta bersemi diantara mereka.
Awalnya tak ada rasa yang aneh diantara
mereka, namun entah mengapa seiring berjalannya detik kehidupan, mereka pun
saling jatuh hati. Semakin lama, mereka pun semakin terhanyut pada cinta itu,
kemudian dekat dan terus dekat. Hingga pada suatu hari keturunan Adam itu
menyatakan perasaannya kepada gadis itu. Saat itu adalah saat yang paling
ditunggu oleh gadis tersebut, dan seperti tak mampu berbohong lagi, ia pun
langsung menerima pria itu.
Hari-hari gadis itupun terasa semakin
berwarna dan tak ada tangis disetiap harinya. Bahkan ia berpikir, “Dapatkah
kita berhenti diwaktu ini ?” Namun setelah hubungan itu berjalan dari hari ke
hari hingga mencapai hitungan bulan, Tuhan seperti enggan untuk merestui hubungan
itu. Siapapun yang memulai, maka ia juga yang akan mengakhirinya. Pria itupun
mengakhiri hubungannya bersama gadis itu dan menyatakan bahwa ia sudah tidak
mencintai gadis tersebut lagi. Bukan hal yang mudah bagi gadis itu ketika ia
harus mendengar pernyataan pria yang sangat ia cintai itu.
Tangisnya pun tak dapat tertahankan
lagi. Namun Tuhan sangat mencintai gadis itu sehingga ia memberi satu lagi
cobaan bagi gadis itu. Seorang sahabat dari gadis itu berkata padanya bahwa
pria itu pernah berkata kalau ia sangat mencintai gadis itu, akan tetapi apa
boleh buat tembok tinggi itu begitu kuat dan tak mampu untuk dirobohkan. Hati
gadis itu pun makin tak mampu menahan sesak.
Setiap detik, setiap helaan nafas gadis
itu, pria tersebut terlihat betah dipikiran dan hati gadis itu. Rasa rindu yang
tak mampu untuk dipungkiri. Sulit baginya untuk berhenti mencintai pria itu
apalagi saat mengetahui pria itu sedang digosipkan dengan gadis lain. Rasa
cemburu pun tampak ingin hadir dalam hidupnya. Walaupun telah mencoba tegar,
tetapi rasa cemburu itu terus mengusiknya hingga membuatnya sekali lagi
terhanyut dalam kesedihan dan kenangan. Terasa begitu cepat pria itu
meninggalkannya, dan terasa seperti baru kemarin mereka saling menyatakan
cinta. Kata orang, “Semua akan sembuh seiring berjalannya waktu.” Tetapi waktu
seperti berhenti berjalan saat pria tersebut pergi. Namun satu hal yang
dipercayai gadis itu, tak ada hal yang mustahil. Perlahan tapi pasti, ia pun
mulai dapat melupakan pria tersebut walaupun pria tersebut belum sepenuhnya
pergi dari hati dan pikirannya. Hidup haruslah terus berjalan, itulah yang
membuat gadis itu menjadi kuat untuk terus melangkah.
Sekian…
Langganan:
Postingan (Atom)