Senin, 01 Oktober 2012

the last

Hey,kamu yang sudah menjadi milik orang sekarang. Selamat ! hanya kata itu yang dapat ku ucapkan. Oh iya, ingat tidak dulu kamu pernah bilang kalau harus setia. Nyatanya kamu yang mendua saat kita bersama. Memang terlihat setia, sayangnya hatimu telah mendua. Kamu lebih memilih teman-temanmu, dan meninggalkan kekasihmu. Memilih cinta yang tak pasti saat aku begitu mencintaimu. Mengucapkan kejujuran walau kamu yang mengingkarinya. Sudahlah, terlalu bodoh rasanya jika aku terus mengingat lalu menulis tentangmu. Terlalu hanyut rasanya jika aku terus mengenangmu. Seperti tenggelam dalam luka hingga lupa bagaimana untuk bangkit. Selamat tinggal masa lalu.

Kamis, 06 September 2012

sepi rindu


Entah apa namanya yang ku rasakan semalam. Apakah kerinduan atau hanyalah ? yang jelas, rasa sesak itu yang ku kira telah lama pergi, ternyata telah datang kembali. Mengingatkan semua tentangmu, mungkin lebih tepatnya ingatan tentang kita dulu. Disaat dimana kamu masih menjadi penyebab senyumku, disaat kamu masih menemani setiap detik hidupku. Hingga tak terasa waktu telah beranjak melangkah, meninggalkan dan menghapus bayang kita yang dulu saling mencinta. Kata orang melupakan itu sederhana, mungkin karena kesederhanaannya itulah yang membuatku tak pernah mendekapnya, walaupun terlalu sering aku menyentuhnya. Banyak rasanya yang ingin ku ceritakan padamu, tentang ini tentang itu, tentang semuanya. Mungkin waktu belum mempertemukan kita, mungkin Tuhan belum menjodohkan kita, bahkan mungkin ada banyak sekat yang membatasi kita. Oh iya, sekarang kamu sudah kuliah ya ? Selamat ! Mungkin aku terlalu pengecut untuk mengirimkan pesan padamu. Keberanian tak pernah menghampiriku walaupun hanya untuk mengatakan sepatah kata itu. Sudahlah, mungkin ucapanku sudah tak bernilai lagi untukmu, keacuhanmu yang mengatakannya. Setidaknya semalam tadi telah membuka kembali benakku, bahwa aku tak pernah benar-benar melupakan apalagi melupakanmu. Benar, cintaku pernah sejenak beranjak, namun seperti yang telah ku perkirakan, ia tak pernah beranjak seutuhnya darimu. Selamat mengejar anganmu yang kau inginkan ! 

Selasa, 14 Agustus 2012

putih abu-abu

Aku tak tau ini tulisan keberapa tentangmu, ya masih saja tentangmu. Hingga kini kamu masih saja yang ku ceritakan, ku impikan, ku rindukan bahkan kucintai.
Apa kabarmu ? Bagaimana dengan ormikmu atau pratikus mu? Apa kamu bahagia dengan kedokteranmu ? Maaf kalau aku masih saja ingin mencari tau kabarmu. Maafkan aku yang masih saja belum bisa melupakanmu, sosok kenangan yang pernah ku impikan menjadi masa depanku, pendampingku di pelaminan nanti. Namun impianku kembali terusik saat mengingat kamu sudah tak ada disisiku lagi, di pagi indahku, bukan lagi pendengar setiaku.
Siapa wanita yang beruntung menjadi pendampingmu saat ini? betapa beruntungnya dia. Mungkin kamu telah sepenuhnya melupakan semua yang pernah terjadi diantara kita, bahkan sudah tak mengingat sosokku lagi.

Terimakasih kaka botak :")
cinta pertamaku dimasa putih abu-abu

Senin, 06 Agustus 2012

Masih saja indah


Tertanggal, 7 Agustus 2012

            5 hari yang lalu, tepat 5 bulan kita memutuskan untuk berjalan masing-masing. Hari yang tak pernah ku bayangkan akan terjadi. Tak terasa sudah 5 bulan aku tak pernah mendengar suara indahmu lagi, sapaan “sayang”mu di pagi indahku, canda tawamu yang renyah atau senyum tampanmu.  Walaupun seharusnya minggu depan, tepat 17 Agustus kita merayakan hari jadi ke 7 bulan, tapi itu semua tinggallah angan yang takkan pernah terwujud.
            Apa kamu masih seperti 7 bulan lalu ? Apa kamu masih suka begadang seperti dahulu ? Apa kamu masih indah seperti yang ku kenal dahulu ? Apa kamu telah bahagia bersama pilihanmu ? Apa kamu masih menyimpan jam atau tulisan yang pernah ku berikan ? Entah.. Entah apa yang harus ku pertanyakan lagi tentang kabarmu.
            Kini aku mengerti apa artinya rindu dan sayang, yang dahulu belum sepenuhnya aku ketahui. Sosokmu begitu sulit untuk digapai. Semalam aku berpikir, untuk apa aku terus memikirkanmu sedangkan kamu tak pernah sedetik pun memikirkanku. Namun, apalah daya pikiranku saat hatiku masih berhenti dikamu. Berhenti pada sosok yang masih saja indah.

Terimakasih calon dokter :’)
Kenanglah aku yang pernah menjadi bagian masa putih abu-abumu..
           

Rabu, 20 Juni 2012

Tanpa judul

Mentari pagi menyambut senyumku, seakan ingin menghibur segala duka hati. Duka yang masih saja merasuk dalam hati, dan tak pernah beranjak sedetikpun. Duka yang membuat hati ini merindu akan seseorang diseberang sana, seseorang yang telah lama pergi meninggalkan apa yang dimulainya. Hati yang masih saja memanggil namanya, mencari sosoknya, dan masih mencintainya walau tak seperti dulu. Sayang seribu sayang, kini seseorang itu seperti telah amnesia,melupakan segalanya, bahkan tak mengingatnya lagi. Seseorang yang kini sedang menjajaki hubungan, seperti yang ia pernah lakukan padaku beberapa bulan lalu. Apakah ia hanya main-main saat bersamaku ? hanya itu yang dapat ku tanyakan pada bintang dilangit. Apakah ia tidak mengingat bagaimana ia menutup malamku ? Bagaimana ia menyinari hariku ? Bagaimana caranya memberi warna di hidupku ?
Begitu banyak yang mengingatkanku padanya. Bagaimana ia menyembuhkan sakitku tanpa menggunakan obat sedikitpun. Tapi semuanya telah pergi, dan hanya menggoreskan luka hati yang masih terus ada.
Tak pernah sadar akan hati ini, walau aku telah menunjukkan resah ini secara halus. Haruskah aku menyatakannya secara langsung ?
Don't forget me , I beg :")


#untuk seorang terkasih yang telah lama pergi sejak 111 hari yang lalu :(


Hukum Indonesia


Hukum Indonesia Belum Berikan Keadilan Pada Kaum Tertindas - Hukum Indonesia dinilai belum mampu memberikan keadilan kepada masyarakat yang tertindas. Justru sebaliknya, hukum menjadi alat bagi pemegang kekuasaan untuk bertindak semena-mena.

Demikian pernyataan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa), Asep Yunan Firdaus dalam seminar "Stagnasi Hukum di Indonesia" di Jakarta, Kamis (5/8). "Dalam situasi seperti ini, hukum sedang berada pada kondisi stagnan yaitu, situasi dimana negara gagal menjadikan sistem dan praktik hukum memberikan keadilan kepada masyarakat miskin dan paling tertindas."

HuMa memandang ada tujuh faktor utama yang menyebabkan stagnasi hukum di Indonesia. Pertama, politik dan arah pembaruan hukum yang elitis. Kedua, kualitas legislasi nasional dan daerah yang rendah. Ketiga, penegakan hukum yang sarat korupsi dan melahirkan mafia hukum. Keempat, lembaga peradilan tidak mewujud menjadi agen dan ujung tombak pembaharuan hukum. Sementara itu yang kelima dikatakan bahwa, Mahkamah Konstitusi sebagai The Guardian of the Constitution lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok elit. Sedangkan yang keenam huma menyebutkan, pendidikan hukum yang bergeser orientasinya menjadi pelayan pasar.

"Terakhir, ketidakmampuan institusi hukum dan pemerintah menyelesaikan konflik yang melibatkan rakyat banyak dan miskin dengan cara-cara yang memenuhi rasa keadilan rakyat," ujar Asep.

Menurut Asep, politik dan arah pembaharuan hukum di Indonesia cenderung elitis. Karena agenda-agenda pembaharuan hukum sejatinya masih state centered maupun imposed by international organization yang memiliki akses terhadap kekuasaan legislatif dan eksekutif.

Demikian pernyataan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa), Asep Yunan Firdaus dalam seminar "Stagnasi Hukum di Indonesia" di Jakarta, Kamis (5/8). "Dalam situasi seperti ini, hukum sedang berada pada kondisi stagnan yaitu, situasi dimana negara gagal menjadikan sistem dan praktik hukum memberikan keadilan kepada masyarakat miskin dan paling tertindas."
HuMa memandang ada tujuh faktor utama yang menyebabkan stagnasi hukum di Indonesia. Pertama, politik dan arah pembaruan hukum yang elitis. Kedua, kualitas legislasi nasional dan daerah yang rendah. Ketiga, penegakan hukum yang sarat korupsi dan melahirkan mafia hukum. Keempat, lembaga peradilan tidak mewujud menjadi agen dan ujung tombak pembaharuan hukum. Sementara itu yang kelima dikatakan bahwa, Mahkamah Konstitusi sebagai The Guardian of the Constitution lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok elit. Sedangkan yang keenam huma menyebutkan, pendidikan hukum yang bergeser orientasinya menjadi pelayan pasar.
"Terakhir, ketidakmampuan institusi hukum dan pemerintah menyelesaikan konflik yang melibatkan rakyat banyak dan miskin dengan cara-cara yang memenuhi rasa keadilan rakyat," ujar Asep.
Menurut Asep, politik dan arah pembaharuan hukum di Indonesia cenderung elitis. Karena agenda-agenda pembaharuan hukum sejatinya masih state centered maupun imposed by international organization yang memiliki akses terhadap kekuasaan legislatif dan eksekutif. Demikian pernyataan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa), Asep Yunan Firdaus dalam seminar "Stagnasi Hukum di Indonesia" di Jakarta, Kamis (5/8). "Dalam situasi seperti ini, hukum sedang berada pada kondisi stagnan yaitu, situasi dimana negara gagal menjadikan sistem dan praktik hukum memberikan keadilan kepada masyarakat miskin dan paling tertindas." HuMa memandang ada tujuh faktor utama yang menyebabkan stagnasi hukum di Indonesia. Pertama, politik dan arah pembaruan hukum yang elitis. Kedua, kualitas legislasi nasional dan daerah yang rendah. Ketiga, penegakan hukum yang sarat korupsi dan melahirkan mafia hukum. Keempat, lembaga peradilan tidak mewujud menjadi agen dan ujung tombak pembaharuan hukum. Sementara itu yang kelima dikatakan bahwa, Mahkamah Konstitusi sebagai The Guardian of the Constitution lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok elit. Sedangkan yang keenam huma menyebutkan, pendidikan hukum yang bergeser orientasinya menjadi pelayan pasar. "Terakhir, ketidakmampuan institusi hukum dan pemerintah menyelesaikan konflik yang melibatkan rakyat banyak dan miskin dengan cara-cara yang memenuhi rasa keadilan rakyat," ujar Asep. Menurut Asep, politik dan arah pembaharuan hukum di Indonesia cenderung elitis. Karena agenda-agenda pembaharuan hukum sejatinya masih state centered maupun imposed by international organization yang memiliki akses terhadap kekuasaan legislatif dan eksekutif. Demikian pernyataan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa), Asep Yunan Firdaus dalam seminar "Stagnasi Hukum di Indonesia" di Jakarta, Kamis (5/8). "Dalam situasi seperti ini, hukum sedang berada pada kondisi stagnan yaitu, situasi dimana negara gagal menjadikan sistem dan praktik hukum memberikan keadilan kepada masyarakat miskin dan paling tertindas." HuMa memandang ada tujuh faktor utama yang menyebabkan stagnasi hukum di Indonesia. Pertama, politik dan arah pembaruan hukum yang elitis. Kedua, kualitas legislasi nasional dan daerah yang rendah. Ketiga, penegakan hukum yang sarat korupsi dan melahirkan mafia hukum. Keempat, lembaga peradilan tidak mewujud menjadi agen dan ujung tombak pembaharuan hukum. Sementara itu yang kelima dikatakan bahwa, Mahkamah Konstitusi sebagai The Guardian of the Constitution lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok elit. Sedangkan yang keenam huma menyebutkan, pendidikan hukum yang bergeser orientasinya menjadi pelayan pasar.

"Terakhir, ketidakmampuan institusi hukum dan pemerintah menyelesaikan konflik yang melibatkan rakyat banyak dan miskin dengan cara-cara yang memenuhi rasa keadilan rakyat," ujar Asep. Menurut Asep, politik dan arah pembaharuan hukum di Indonesia cenderung elitis. Karena agenda-agenda pembaharuan hukum sejatinya masih state centered maupun imposed by international organization yang memiliki akses terhadap kekuasaan legislatif dan eksekutif.  Pada ranah legislasi, DPR bukan hanya mampu memenuhi 68% target pembahasan RUU dan kualitasnya pun banyak yang kontroversial, seperti Undang-undang Informasi  dan Transaksi Elektronik (UU ITE), UU Pornografi, UU Investasi, dan sebagainya. Selain itu, dalam penegakan hukum juga tidak lepas dari jual beli pasal (legal commodification) dan suburnya mafia hukum (broker/makelar).   "Penegakan hukum tidak bertarung menghadapi kejahatan kerah putih  seperti kasus BLBI, Century, lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, pembalakan liar, dan penggusuran tanah masyarakat. Sebaliknya, penegakan hukum begitu tegas terhadap Nenek Minah, Manisih, Toro dan Pori, Lanjar dan Masyarakat Samin," kata Asep.  Sementara itu Koordinator Eksekutif LC HuMa, Mirna Safitri menambahkan, penegakan hukum di Indonesia seperti mata tombak yang tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas. Misalnya Mahkamah Agung (MA) sebagai lembaga peradilan tertinggi, cenderung lebih banyak absen dalam agenda pembaharuan hukum. MA tidak hadir sebagai pemimpin dan motor penggerak pembaharuan hukum di Indonesia. Selain itu, Mahkamah Konstitusi (MK), justru lebih banyak dimanfaatkan oleh Politikus dan Elit. 
Dari penelitian atas 478 putusan MK, setidaknya pemohon dari kalangan partai politik berjumlah 232 (48,5%), disusul kelompok elit/melek hukum berjumlah 205 (42,8%) dan sisanya 6,4% adalah permohonan yang diajukan oleh publik (rakyat yang didukung oleh LSM, Lembaga Perguruan Tinggi/Mahasiswa, Lembaga Keagamaan, Lembaga Tradisional). 
Ditambahkan oleh Mirna, kacau balaunya tatanan hukum di Indonesia juga didorong oleh kecenderungan Pendidikan Tinggi Hukum (PTH) tidak memiliki perspektif keadilan sosial ke dalam kurikulumnya. Otonomi PTH lebih banyak mendorong penyediaan lulusan sesuai keinginan pasar.
"Jika faktor penyebab stagnasi hukum tidak segera dicarikan jalan keluarnya, dimana sistem dan praktik hukum kita tidak akan lagi mampu memberikan keadilan kepada rakyat miskin dan tertindas, maka stagnasi ini akan berujung pada kematian negara hukum Indonesia," kata Mirna. (*) 

Euthanasia ?


Euthanasia masih  hangat  diperbincangkan sampai saat ini. Mulai dari sudut pandang etik sampai sudut pandang berbagai agama di Indonesia. Euthanasia sendiri berasal dari Bahasa Yunani eu yang berarti baik  dan thanatos yang berarti  mati. Secara singkat pengertian tersebut dapat diartikan sebagai tindakan agar penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan atau mempercepat kematian seseorang dalam penderitaan hebat menjelang kematiannya.
Euthanasia menurut sebagian besar orang masih dianggap tabu dan menyalahi aturan atau etik yang ada. Di lihat dari sudut pandang agama pun Euthanasia memang masih diperdebatkan oleh para pemuka agama di Indonesia. Para pemuka agama ini biasanya memperdebatkan tentang hukum – hukum agama yang berlaku.
Euthanasia sebenarnya di kategorikan menjadi dua jenis yang pertama adalah Euthanasia Aktif. Euthanasia Aktif adalah suatu tindakan mempercepat proses kematian, baik dengan memberikan suntikan maupun melepaskan alat-alat pembantu medika . Sedangkan kategori yang kedua di sebut Euthanasia Pasif. Euthanasia Pasif ini adalah suatu tindakan membiarkan pasien/penderita yang dalam keadaan tidak sadar (comma), karena berdasarkan pengamalan maupun ukuran medis sudah tidak ada harapan hidup, atau tanda-tanda kehidupan tidak terdapat lagi padanya.
Faktor – faktor  Euthanasia sendiri sebenarnya ada bermacam – macam. Faktor yang pertama adalah Faktor kemanusiaan . Maksudnya adalah Euthanasia tersebut dilakukan oleh seorang dokter karena merasa kasihan terhadap penderitaan pasiennya yang berkepanjangan yang secara medis sulit  untuk disembuhkan. Di sini dokter tersebut memutuskan sendiri tindakan yang akan dilakukannya menurut pertimbangan kesehatan pasien. Sedangkan faktor yang kedua adalah Faktor Ekonomi . Maksud dari faktor ini adalah Euthanasia dilakukan karena faktor ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan apabila pasien terlalu lama dirawat dirumah sakit. Jadi pada kasus ini keluarga pasien memang sudah tidak mampu menanggung biaya rumah sakit karena pasien sudah terlalu lama dalam masa komanya. Pada kondisi ini pihak keluargalah yang meminta agar alat – alat penyokong kehidupan pasien dicabut.
Euthasia sebenarnya memang merupakan kasus kontroversial yang masih banyak diperdebatkan oleh berbagai kalangan. Jika dilihat dari dua kategori Euthanasia yang sudah dijabarkan diatas kita sebagai manusia tentu dapat merasakan bahwa Euthanasia kategori Euthanasia aktif pasti terdengar lebih kejam daripada Euthanasia Pasif. Di Euthanasia Aktif ini seorang dokter yang melakukannya bisa dikatakan sebagai pembunuh oleh sebagian besar orang.  Hal tersebut tentu sangat tidak enak di dengar dan dapat menurunkan martabat dokter.
Sebagai seorang mahasiswa keperawatan saya sendiri tidak menyetujui adanya fenomena Euthanasia Aktif dikarenakan hal tersebut memang tidak manusiawi, sangat kejam serta hukumnya haram dalam Agama Islam. Saya sebenarnya juga kurang begitu menyukai Euthanasia Pasif, namun dibandingkan dengan Euthanasia Aktif, kategori ini lebih manusiawi.  Jika dilihat dari persepsi saya sebagai seorang calon perawat profesional saya akan lebih memilih merawat pasien dengan baik sampai sembuh atau pun sampai meninggal dengan tenang dengan cara yang wajar tanpa adanya Euthanasia karena sampai sekarang pun fenomena Euthanasia masih diperdebatkan.

Selasa, 19 Juni 2012

Kamu bukan (lagi) untukku


          Kadang apa yang dipikirkan oleh seorang gadis kecil itu benar. Apa yang diperkirakannya ternyata benar. Dengan wajah yang cukup kaget, gadis kecil itu terus memandangi handphonenya dan terus membaca berulang-ulang pesan dari seseorang. Seseorang itu mengatakan padanya bahwa lelaki yang (masih) dicintai gadis itu telah memiliki orang lain, lebih tepatnya sedang dalam proses yang pernah dilaluinya pula. Gadis itu terlalu bingung untuk mengekspresikan apa yang dirasakannya, dia hanya bisa tersenyum kecil sambil mengelus dada.
          Sesak semakin terasa dan rasa tak percaya pun semakin memuncak. Kini lelaki itu benar-benar telah melupakannya, dan telah mencari sosok untuk menemaninya. Tak lama setelah membaca hal itu, ia pun segera memberitahu pada teman-teman curhatnya. Syukurlah, teman-teman gadis itu mampu membuatnya menjadi lebih tegar. Cukup sulit baginya untuk (berpura-pura) tegar, kemudian merekahkan senyum dipipi mungilnya itu. Gadis kecil itu kehilangan kata-kata, seketika ia menjadi seorang yang sangat pendiam.
          Ada rasa penyesalan mengapa dia mempertanyakan hal itu pada orang yang terpercaya namun disisi lain, jika ia tak mengetahuinya mulai dari saat itu, ia akan jauh lebih sakit dari padasaat itu. “Setidaknya mulai saat ini aku bisa mempersiapkan diriku terutama hatiku,” kata gadis itu dalam hatinya. Mungkin mempersiapkan hati dan mental untuk kompetisi memang sulit namun mempersiapkan hati dan diri untuk melihat seseorang yang penting baginya telah memiliki orang lain jauh, sangat jauh lebih sulit.
          Gadis kecil itu semakin tak tau arah, dan apa yang harus dilakukannya. Gadis itu masih saja melihat gariswaktu pria itu, dan sekarang melihat sosok wanita itu bahkan orang-orang yang mempunyai hubungan dengan pria dan wanita itu. Gadis itu tak tau bagaimana caranya untuk berhenti mempedulikan semuanya, berhenti memikirkannya, ataupun hal-hal lainnya. Bahkan ia tak tau apakah disaat ini semua terjadi seperti perkiraannya, ia akan sanggup untuk melihatnya.
          Ya semoga saja, semoga gadis itu akan sanggup melewati semuanya. Melewati dengan hati yang (cukup) tegar dan mampu merekahkan senyum dipipinya saat melewati semuanya. Ia hanya berharap, walaupun lelaki itu telah meninggalkannya namun lelaki itu tetap mengingat tentangnya ataupun kenangan mereka. Walaupun hanya memberi ucapan ulang tahun pada gadis itu saat gadis itu genap pada usia yang cukup dewasa baginya .

Sekian…

Sepotong hati yang tersisa


Terus ku jalani setiap hariku walau kini kamu tak lagi disisiku. Terus ku rekahkan senyum di pipi ini dengan mengandalkan potongan hati yang masih tersisa. Tanggal dan bulan tak pernah berubah namun hati yang menjalani semua itulah yang berbeda. Senyumku tak lagi seperti dulu saat bersamamu, tak selebar saat dekat denganmu, tak seindah saat ditemani oleh sosokmu.
          Seperti layaknya hukum ekonomi, “Modal sedikit, menghasilkan hasil sebanyak-banyaknya.” Seperti itulah aku dengan modal potongan hati yang tersisa, aku terus mencoba mencari penggantimu yang kini mungkin telah mendapat penggantiku di selatan sana. Kamu terlihat terlalu serakah, bahkan terlampau serakah. Kamu mencuri hatiku, dan hanya menyisakan potongan-potongan yang membuatku tak berdaya.
          Sepotong hatiku seperti halnya sepotong coklat. Yang kecil dan tak mampu memberi kepuasan. Namun kadang membuat orang menjadi penasaran dengannya. Keyboard dilaptopku pun seperti lepas, tak ingin untuk ditekan oleh jemariku. Kata-kataku pun seperti habis saat berbicara tentang sepotong hati yang tersisa.
Aku pun tampak seperti seorang petani, yang sedang mencari bibit yang tepat untuk ku tanamkan diladang hati. Bibit yang mampu membuat hatiku kembali utuh dan bibit yang kuat. Aku tak ingin lagi disuatu hari nanti, hatiku hanya menjadi potongan kembali. Sudah cukup saat ini hatiku hanyalah seperti potongan coklat. Yang terus mencair , hingga akan tak bersisa.
          Syukurnya kali ini aku sudah menjadi petani yang sukses. Aku sudah muali mendapat bibit yang cocok diladang hati ini. Ya semoga bibit ini bukanlah sembarang bibit seperti lainnya. Semoga bibit ini menjadi bibit yang benar-benar tepat, dan akan tumbuh subur. Bukan hanya bibit yang terlihat baik tetapi sebenarnya tidak baik.

Sekian ..

Gariswaktumu :)


Dikeheningan malam, aku selalu stalking di gariswaktumu. Tak pernah bosan ataupun jenuh. Gariswaktumu seperti mempunyai pesona tersendiri, yang selalu mengalihkan pandanganku. Tak tau kenapa, aku selalu penasaran dengan apa yang kamu tulis. Karena hanya dengan itu, aku dapat mengetahui kabarmu, dan mengenai kisah cintamu. Sakit tak dapat kuhindari, sesak selalu mengiringiku. Saat aku mencoba melihat gariswaktumu, tak sengaja aku mengetahui gosip tentangmu yang akupun bingung mengenai kebenarannya. Inginku bertanya padamu mengenai itu, namun aku tak mempunyai kuasa untuk itu. Aku berusaha tegar, menyembunyikan sesak yang ku rasakan.
          Gariswaktumu selalu menyimpan cerita yang penuh dengan tanya. Yang hanya bisa ku pendam jauh didasar hatiku. Membuatku gelisah, seperti tak tau arah lagi untuk meneruskannya. Tetapi dibalik semua itu, aku rindu mentionmu dengan memanggilku, “sayang.” Mungkin panggilan itu akan kamu sebutkan untuk wanita lain. Entah mengapa aku rindu dengan permainan kata-katamu yang selalu membuatku lupa diri. Baiklah, aku rela melepasmu. Kini kita mulai dapat mencari pengganti, walaupun tak akan ku jumpai sepertimu lagi.
          Rasanya aku ingin menekan tombol block di profilku, atau menekan unfollow. Tetapi sulit bahkan sungguh sulit untuk itu. Tak melihat gariswaktumu seperti ada yang kurang walau kadang itu menyesakkan bahkan menyakitkan hati ini. Aku bahagia melihatmu bahagia, walaupun itu hanya kebohongan semata.

Sekian ..

terukir manis :)


Tawamu selalu membuatku tersenyum. Tersenyum walau kadang tak ada yang lucu ataupun menggelitik. Senyum yang mengembang di pipimu selalu memperindah setiap hariku. Sapaanmu takkan pernah ku lupakan walau kamu tak lagi disisiku. Suaramu yang selalu menjadi nada terindah untuk telinga ini. Akupun hanyalah aku, seseorang yang pernah selalu disisimu. Tak pernah ada ragu dihati ini mengenai kamu, hatiku tak pernah ragu untuk memilihmu. Kamu yang menguatkan aku untuk beberapa bulan, tetapi kamu jugalah yang membuatku terpuruk oleh kesedihan ini. Kita selalu berangan bersama untuk masa depan kita, selalu saling mendukung satu sama lain. Terus membawaku hanyut ke dalam mimpi yang kini tinggalah mimpi yang semu.
          Seperti badai, yang tiba-tiba menghancurkan segalanya, kamu mengucapkan itu dengan, “Bismillah.” Tampaknya kamu telah begitu yakin dengan hatimu untuk melepaskanku. Seperti datangnya tsunami, yang tidak meninggalkan sedikitpun bekas, kamu pun dengan polosmu berkata, “Kini kamu tak ada lagi dihatiku.” Dengan senyum yang ku paksakan untuk tegar, aku menerima dengan keikhlasan. Perbedaan itu kini semakin nyata saat kamu pergi. Perbedaan yang tidak akan pernah dapat dipersatukan seperti halnya air dan api. Sekeras apapun kita berusaha, takkan ada yang berubah dari perbedaan itu. Kamu dan aku berbeda walaupun dulunya kita bersama.
          Melupakanmu terlihat seperti kabut tebal tetapi itu lebih baik daripada jurang masa lalu kita, walaupun dibawah jurang itu terdapat taman yang begitu indah. Kita pernah bersama untuk beberapa waktu, mengarungi cinta tanpa peduli rintangan yang menghadang. Aku seperti selalu kuat saat kamu ada, dan terasa lemah saat kamu pergi. Cinta kita telah berakhir namun tidak dengan hatiku yang selalu memilihmu. Namamu kan selalu terukir manis dihidupku.

* Untukmu yang terkasih, yang telah jauh di pulau sulawesi bagian selatan
Yang kini telah berbahagia :”)

Aku adalah aku


Seperti halnya air, aku pun selalu ingin mengalir, dan terus mencari celah untuk itu. Menyegarkan setiap yang ku lewati. Aku adalah aku. Seorang gadis muda yang selalu dibilang masih kecil oleh orang-orang. Aku hanyalah seorang gadis yang kadang menjadi dewasa saat tegar namun menjadi kanak-kanak kembali saat manja. Aku bukanlah siapa-siapa, bukanlah seorang gadis populer seperti gadis lain. Namun aku selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dimata orang lain. Aku adalah gadis cengeng, yang tak dapat menahan amarah dan sesak didadanya yang begitu sulit tuk diungkapkan.
          Aku hanya titik pada sebuah garis yang sulit tuk ditemukan. Namun tanpa aku, garis itu takkan pernah terbentuk. Orang-orang menyebutku pendiam saat melihatku untuk pertama kali, namun setelah mereka mengenalku, mereka tahu bahwa aku adalah gadis cerewet yang tak ingin menampakkan kesedihannya dimata orang walau tak dapat. Walaupun aku masih muda, namun aku bukanlah gadis yang labil saat jatuh cinta. Dikala aku benar-benar jatuh cinta, perasaanku takkan berubah dengan cepat. Aku bukanlah seseorang yang pintar untuk merahasiakan sesuatu dariku namun percayalah aku mampu menjaga rahasia seseorang.
          Kadang aku ingin bersembunyi dari masalah, tetapi aku sadar bahwa masalah bukan untuk dihindari namun untuk diselesaikan saat masalah itu masih kecil. Dan masalah bukan untuk menjatuhkan kita tapi untuk mendewasakan kita.

Sekian..

I'm tired


Lelahnya aku, sangat lelah ketika aku harus menghitung waktu untuk melupakanmu. Namamu dipikiran dan hatiku seperti nama yang telah terukir dibatu yang sulit untuk terhapus walau badai menerjangnya. Andaikan namamu hanya seperti tertulis di pasir, aku yakin melupakanmu takkan sesulit ini, takkan sekeras ini dan takkan memerlukan perjuangan seperti yang ku lakukan saat ini. Kamu itu seperti penjajah dimasa sebelum kemerdekaan, dan aku adalah Indonesia. Begitu sukar rasanya mengusirmu, apakah aku harus seperti Indonesia, yang membutuhkan waktu selama 365 tahun dulu untuk merdeka darimu?
          Semakin keras aku mencoba, bukan semakin mudah bagiku namun semakin berat rasanya. Jangankan untuk melupakanmu, berhenti untuk peduli padamu pun aku tak sanggup. Dan Walaupun air mata telah mengalir deras, namun belum dapat menghapus sesakku. Belajar melupakanmu seperti membawaku kembali mengingat bagaimana saat aku belajar menaikki sepeda. Sering aku terjatuh namun aku kembali bangkit. Terus mencoba hingga aku bisa seperti itulah yang ku harapkan.
Namun aku hampir lupa, bagaimana untuk tersenyum seperti bersamamu dulu, bagaimana aku jatuh cinta seperti halnya saat kita pertama kali berjumpa. Andaikan aku seperti doraemon yang mempunyai mesin waktu, hanya satu hal yang ingin ku lakukan, aku ingin merubah apa yang pernah terjadi diantara kita. Ya aku sanggup melepasmu tapi tidak melupakanmu. Apakah kamu sudah mendapatkan wanita yang lebih baik dariku ? Aku tak tau apakah aku akan tegar ketika sampai di titik, dimana aku tau kamu telah tersenyum bersama wanita lain. Mengapa melupakanmu tak semudah mengagumimu ?
          Aku heran pada diriku sendiri, aku benci pada hatiku, yang masih belum bisa menghapus seluruh kisah kita. Apa kabarmu sekarang ? Apakah kamu baik-baik saja ? Semoga kamu baik-baik saja disana, dikota yang berbeda. Jika aku boleh jujur, akan ku katakan padamu, “Aku rindu padamu, aku rindu perhatianmu, aku rindu sapaanmu dikala aku membuka mataku dipagi hari, aku rindu ucapanmu saat aku akan memejamkan mataku kala malam, aku rindu dekapan cintamu yang penuh dengan kehangatan bahkan mengalahkan kehangatan mentari, aku rindu suara indahmu yang selalu membangunkanku dari tidur lelapku.” Aku rindu bagaimana kamu memanggilku, “Sayang.” Saat bersamamu, gengsiku seketika lenyap, yang ada hanyalah kejujuran dan kepolosan. Saat kamu hadir, terasa ada pelangi indah disaat aku menjalani hariku. Namun disaat kamu melangkah pergi, seakan-akan pelangi itu langsung menjadi hujan yang tak pernah berhenti hingga saat ini.
          Aku tak tahu mengapa sesulit ini melupakanmu. Andai logikaku dapat mempengaruhi hatiku. Disetiap malam sebelum aku tidur, masih saja terus terbayang kenangan indah itu. Terbayang bagaimana wajahmu selalu mengisi hariku, tawamu yang selalu membuatku tersenyum, dan candamu yang menyemangatiku. Namun aku tersadar, bahwa kamu bukanlah milikku lagi. Bukan seseorang yang selalu disisiku lagi, menghapus air mataku, dan menguatkan aku dikala aku terjatuh. Belum ku dapati lagi seseorang sepertimu, yang bisa membuatku nyaman seperti tak ada masalah. Belum ada yang bisa menggantikan posisimu dan membuatku jatuh cinta seperti saat cinta itu memilihmu. Entah mengapa seperti itu, aku pun tak tahu. Jangan tanyakan apapun padaku, tanyakan saja pada mataku yang tak mungkin berbohong.

Sekian..

Dimensi waktu


Aku seperti kehabisan kata-kata saat berbicara mengenai waktu, lebih tepatnya dimensi waktu. Selama bumi masih mengelilingi matahari maka selama itulah waktu akan terus berjalan tanpa mempedulikan siapapun yang ingin menghentikannya. Waktu berlalu sangat cepat, terus berganti dimensi hingga saat ini. Setiap dimensi selalu memberikan kesan yang berbeda dengan lainnya. Antara masa lalu, masa kini dan masa depan.
          Masa lalu adalah dimana aku mempunyai berjuta angan bersamanya kelak. Dimana senyum selalu merekah dipipiku sampai-sampai aku seperti tak mengenal air mata. Masa dimana dibenakku tak pernah terbersit sedikit pun mengenai apa yang terjadi di masa kini. Apa yang terjadi dimasa kini seperti berbalik 180 derajat dengan anganku dimasa lalu. Namun yang tak pernah akan terbalik dari pikiranku adalah kamu. Kamu tak pernah berbalik dari keindahanmu yang membuat mataku tak dapat terpejamkan , yang selalu hadir dengan keindahanmu.
          Masa kini adalah masa dimana aku belajar menjadi seseorang yang kuat. Dimasa ini pula aku taubagaimana untuk menjadi seorang manusia yang sesungguhnya, yang tau apa arti kebahagiaan dan apa arti air mata. Tak ada yang salah dengan apa yang terjadi diruang waktu ini, semua terlihat seperti terencana oleh Tuhan. Walaupun rencana Tuhan itu jauh dari rencana yang pernah ku impikan sebelumnya. Namun itulah hidup, yang selalu memberi kejutan dihari-hari yang kita jalani. Hidup bukan hanya mengajarkan untuk tersenyum indah, seindah pelangi dilangit biru dan secerah mentari dipag hari. Namun juga mengenai bagaimana menghapus air mata, seperti embun yang terhapus dikala hari telah menjelang pagi. Setiap malam aku berpikir, “Apa kabarmu di sana ? Apa kamu telah mendapat kebahagiaan walau bukan bersamaku ?” Karena kini dimensi waktu telah beranjak dari masa lalu, masa dimana kita bersama.
          Dan masa depan adalah masa yang masih menyimpan misteri hidup didalamnya. Tuhan masih menyembunyikan rencanaNya , Dia seperti ingin memberitahu bahwa hidup adalah misteri yang mempunyai banyak kejutan. Tuhan menciptakan dimensi waktu untuk mengajarkan kita, bagaimana untuk bersyukur dengan apa yang kita punya dimasa itu karena belum tentu akan terus kita miliki di ruang waktu selanjutnya, seperti halnya kamu :’)

Sekian..

Jumat, 08 Juni 2012

baru ku sadari..


Kamu seperti api, yang membakarku. Api yang selalu dan akan meninggalkan bekas pada apa yang dibakarnya. Api yang terlihat tak bertanggung jawab namun tak bisa tuk dipersalahkan. Api selalu menghebohkan setiap yang melihatnya bahkan terpukau oleh kobarannya. Api dengan cahayanya yang sulit tuk dipadamkan.
          Cukup lama kita telah saling mengenal dan menjalin kekerabatan. Setiap hari kita selalu bertemu, dan berkomunikasi. Hingga suatu ketika aku menyadari ada sesuatu yang aneh denganku tentangmu. Awalnya aku  menganggap itu hanyalah permainan semata diantara kita,namun ? Semakin lama aku pun tak mengerti, apakah ini hanya perasaanku ataukah yang dinamakan cinta ? Semua terasa tak seperti biasanya. Seperti mulai ada yang bergejolak dihati ini saat itu.
          Dulunya aku berpikir, “aku takkan pernah tersenyum lagi setelah luka itu.” Tapi setelah melihatmu.d apat ku katakan, “Hanya kamu yang mampu membuatku tersenyum kembali setelah luka yang ku rasakan.” Mungkin terlalu pagi bagiku tuk mendefinisikan apa yang ku rasa saat itu. Tetapi aku tak mampu untuk berdusta kalau kamu hadir dalam hidupku, seakan membawa cahaya sangat terang yang menunjukkan arah bagiku untuk melangkah kembali. Kamu yang membuatku sejenak melupakan masa laluku.
 Aku terus menahan perasaan ini hingga aku tiba disuatu waktu. Disaat aku mulai nyaman bersamamu, dan disaat aku mulai dapat mengartikan getaran hati ini. Namun disaat itu jugalah kamu pergi. Sejujurnya, inilah yang ku takuti selama ini. Ketika aku mulai mencintaimu seperti bagaimana aku mencintai masa laluku, disitulah kebahagiaan yang mulai bersinar akan lenyap seketika tanpa meninggalkan bekas setitikpun. Sesal pun terus ku rasakan, menyesali mengapa semua ini terjadi lagi. Semakin aku menyesal, akupun semakin tenggelam dalam air deras. Hanya satu hal yang mampu ku lakukan selain menyesali kepergianmu, ialah berdoa pada Sang Pemilik bumi ini, untuk mempertemukan kita kembali. Aku cinta kamu , …..

Sekian ….

tolong hentikan aku !


Tolong hentikan aku !

      Sudah cukup lama aku terjebak di penjara ini. Penjara yang sangat menyiksaku dan tak pernah membiarkan aku keluar untuk menikmati hidupku. Sudah cukup lelah aku membendung segala perasaan ini. Kini aku merasa, hati dan bibirku seperti langit dan bumi. Langit dan bumi yang selalu berbeda, mempunyai kelebihan masing-masing, dan tidak akan pernah bersatu.
          Hari terus berganti, siang terus menjadi malam , tapi kamu ? Kamu tak pernah beranjak sedetik pun dari pikiranku. Mungkin ada yang salah dengan mindset ku , yang selalu mengatur kamu dipikiranku. Bibirku selalu mengatakan, “Aku telah melupakannya. Dia hanyalah masa laluku.” Namun hatiku ? selalu berkata lain, seakan tak pernah setuju dengan bibirku. Tuhan menciptakan seluruh organ tubuh untuk saling melengkapi. Apa yang diucapkan oleh bibir itulah yang keluar dari hati. Namun seringkali bibirku mendustai hati ini.
Tolong hentikan aku mencintaimu ! Mengapa begitu sulit untuk melupakanmu ? Menjauh dari bayang tentangmu ? Tolong hentikan aku memikirkanmu ! Hentikan aku ! Aku ingin bahagia walau tak bersamamu, akan tetapi realita hidup seakan-akan memberitahuku bahwa, “Hanya kamu kebahagiaanku bukan yang lain.”
Mengapa kamu seperti sangat bahagia membuatku memikirkanmu ? Aku lelah ! Hentikan aku tuk berangan tentangmu ! Berangan tentangmu seperti membuat aku terlelap dalam mimpi semu.
 Ketika aku bermimpi tentangmu, aku tak ingin untuk bangun dan mengetahui kenyataan bahwa kamu bukanlah milikku lagi. Hentikkaaaaannn ! Aku ingin berteriak dikupingmu, membentakmu untuk menghentikanku. Tapi aku bukanlah siapa-siapa. Kita hanyalah anak manusia yang dunia sebut “MANTAN.” Hentikan aku tuk mempedulikanmu ! Kadang aku heran, “Mengapa aku tak berhenti mempedulikan kamu saat kamu sudah tak mempedulikanku ?” Aku merasa manusia terbodoh dimuka bumi ini ketika aku masih saja terus mempedulikan tentangmu. Dihati ini, selalu ada hasrat yang menggebu-gebu untuk tau tentangmu, walaupun sering aku penasaran bahkan tersakiti oleh apa yang ku buat itu.
Mataku seperti terbutakan dan tak bisa melihat orang yang disekelilingku. Seseorang yang mungkin mencintaiku lebih darimu. Seseorang yang mencintaiku seperti bagaimana aku mencintaimu. Tapi itu sungguh sulit bagiku. Aku tak tau sampai kapan aku akan terpenjara namun aku hanya berharap, suatu hari nanti , kan ada seseorang yang melepaskanku dari belenggu cinta ini

Sekian…

sejenak saja


Detik waktu tak pernah akan berhenti. Detik akan selalu menjadi menit, menit pun akan selalu menjadi jam. Hari akan terus berganti, menjadi bulan bahkan tahun. Sering aku berpikir untuk kembali ke masa lampau. Dimana aku dapat menikmati hidupku tanpa beban sedikitpun. Kamu bukanlah beban tetapi kenangan yang kamu tinggalkan, itulah beban hati dan pikiranku. Jika boleh aku kembali ke masa indah itu, sejenak saja. Aku masih ingin menikmati masa indah itu bersamamu yang kini telah menjadi sebuah nama yaitu KENANGAN.
          Hidup adalah nasib dan nasib adalah takdir. Jika aku boleh meminta kepada Tuhan, izinkan aku meminta padaNya untuk menjadi masa depanmu bukan masa lalumu. Masa lampau, masa kini dan masa depan adalah dimensi waktu yang berbeda yang tak pernah mungkin untuk diputar kembali maupun dipercepat. Waktu bukanlah seperti radio yang dapat dipermainkan. Sejenak aku berpikir untuk membunuh masa laluku Namun dimasa itu ada seseorang yang tak dapat dibunuh, yang telah meninggalkan luka yang cukup menelusuk hati ini. Sejenak saja bersamamu sudah dapat membuat aku tersenyum menahan sesak hati.
          Kembali ! Kembali ! Kembali ! kembalilah walau hanya sejenak. Aku ingin bersamamu walau hanya sejenak. Namun jika memang kamu tak akan pernah kembali dalam hidup ini, tolong pergi ! Pergi dari hidupku, pergi dari pikiranku, pergi dari hatiku, sudah cukup air mataku mengalir untukmu. Sudah cukup hatiku teriris karena tak dapat bersamamu.
          Mungkin Tuhan belum mau mempersatukan kita. Namun hidup masihlah panjang, dan mimpi akan selalu ku taburkan dalam perjalanan hidupku. Hanya satu mimpi terbesarku, aku bisa berjodoh denganmu walaupun saat ini kita tak bersama dan terpisah oleh jarak. Namun hanya Tuhan yang tau perasaan apa yang pernah ada diantara dua anak manusia yang lemah ini.

Sekian..

daptkah kau memandangku ?


Kedua matamu sungguhlah indah, bahkan kata-katapun tak mampu menggambarkannya Mataku terus saja ingin memandangmu, dan jauh menatap matamu. Namun kamu ? seperti tak pernah ingin menatapku, ataupun hanya memandangku sejenak. Matamu seperti enggan untuk melihatku, dan terus memalingkan wajahmu dari pandanganku.
          Kamu terus berlari, dan terus berlari seakan-akan tidak pernah mempedulikan diri ini. Setiap malam aku selalu berpikir, “Mengapa kamu sangat enggan untuk menengokku bahkan hanya sejenak pun kamu seakan-akan tak ingi ?” Pandang aku ! Lihat aku ! Pedulikan aku ! Tengok hati ini ! aku seperti ini menggoyangkan badanmu, dan berkata seperti itu dengan nada tinggi. Tapi ? Kamu tak pernah memberi aku waktu, walaupun hanya sedetik.
          Kamu selalu pergi, mencari dan terus mencari cintamu yang semu. Tak pernahkah kamu berpikir bahwa ada seseorang yang mencintaimu dengan tulus ? Apakah kamu tak dapat melihat ? Aku ingin berhenti memandangmu, namun mataku berkata lain. Ia selalu ingin memandangmu, melihatmu dan menatap gerak-gerikmu. Melihat matamu selalu menghanyutkan aku kedalam lembah yang terdalam dan tak mengizinkan aku untuk kembali ke atas lembah itu.
Pergi ! Pergi ! Apakah kamu tidak lelah untuk membuatku selalu memandangmu ? Sedangkan kamu tak pernah memandangku walaupun hanya sedetik dihidup ini ! Pandanganku selalu terhenti dikamu, tak pernah berubah sejak beberapa bulan lalu hingga sampai titik dimana kamu pergi.
          Amnesia, ya amnesia ! Jika aku boleh mengalami itu, aku sungguh ingin . Agar aku dapat melupakanmu, melupakan bagaimana cara aku memandangmu dan bagaimana cara aku mencintaimu dari tulus hati ini. Rasanya aku ingin menerjunkanmu dari lantai teratas sehingga aku tidak dapat memandangmu lagi seperti kamu yang tak pernah memandangku. Mungkin inilah jalan takdirku, memandang seseorang yang tak pernah memandangku. Aku akan terus mengagumimu walau kamu tak pernah tau itu.

Sekian…

terselimut kabut rindu


Tak ada yang salah dengan rindu. Rindu adalah salah satu anugerah Tuhan yang harus disyukuri oleh semua umatnya dibenua manapun. Rindu itu seperti kabut putih keabu-abuan yang tebal, jauh lebih tebal dari apapun. Kabut yang menunjukkan bahwa tak ada jalan lagi , yang terus saja mengganggu pandangan mata ini. Seperti halnya cinta, rindu juga selalu menyimpan misteri hidup didalamnya.
          Namun ada satu hal yang salah dari rindu. Mungkin bukan rindu tetapi dimana rindu itu ada. Jauh disudut kota Melbourne ,terlihat seorang gadis putih. Memandang sudut kota itu dengan mata coklatnya yang indah. Bukan baru sehari ia kehilangan kekasih pujaannya itu dan bukan baru sebulan ia telah mencoba mengikis rasa rindu yang dirasakannya. Rindu itu seperti telah mengalir didarahnya dan sulit tuk dipisahkan.
          Disuatu malam yang dingin,ia terduduk menatap langit benua Australia yang bertaburan dengan bintang. Sejenak ia berpikir, “Andaikan langit dan bintang itu seperti aku dan dia, tak ada yang mampu memisahkan aku dan dia.” Tiba-tiba handphonenya pun berdering, seakan ingin mengagetkannya untuk tegar.
Tak lama kemudian, ia melihat sedikit kenangannya bersama kekasih hatinya itu. Dan rindu yang dirasakannya pun semakin memuncak, terus memuncak hingga ia tidak tau bagaimana harus menekan rasa itu. Ia pun mengingat kepada Sang Pencipta, ia berlari ke sudut kamarnya. Ditempat itulah ia berbincang-bincang dengan Tuhan, dan menyebut nama mantan kekasihnya itu. Tangis pun oecah saat ia bercakap-cakap dengan Tuhannya. Ia hanya sedikit menyesali, mengapa mereka harus dipertemukan jika harus berujung dengan perpisahan. Setelah ia berdoa, perasaannya pun menjadi lebih lega. Kini ia hanya bisa mencoba kuat dan menepis rindu itu.

Sekian..

datang dan pergi


Cinta selalu datang dan pergi tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya. Datang dan perginya cinta tampak seperti semilir angin. Disebuah kota yang tak besar, disitulah ada cinta. Seorang wanita setia yang sangat mencintai kekasih hatinya yang telah menemaninya selama berbulan-bulan bahkan setahun. Seringkali ia merasa menjadi seseorang yang paling bodoh dimuka bumi ini, ketika ia sangat mencintai lelaki itu, namun lelaki itu seperti angin yang selalu saja hanya berlalu-lalang tanpa menampakkan dirinya. Mengusik hari wanita itu, mengusik hati dan pikirannya.
          Disaat ia dan lelaki itu sudah tak bersama, dan ia mempunyai pria lain yang lebih dari sebelumnya. Tetapi apalah dayanya, cinta tak dapat dipaksakan. Ternyata ia masih sangat mencintai pria itu, walaupun pria itu telah menyakitinya berulang kali bahkan menghianatinya. Ia bukan tak pernah berpikir untuk meninggalkan pria itu. Bibirnya mampu untuk berkata ia mampu namun hatinya ? Tidak !
          Jauh direlung hatinya yang terdalam, ia masih saja mencintai pria yang sudah menghianatinya. Jauh di bawah alam pikirannya, masih terus saja terngiang nama pria tersebut. Walau teman sepermainannya telah mengingatkannya berulang kali, akan tetapi ia tak dapat membohongi hatiinya.
          Hingga suatu saat, mereka kembali bersama. Belum lama setelah senyum bahagia itu menghiasi pipinya, lelaki itu kemudian pergi lagi dengan wanita lain. TEGAR, IKHLAS, itulah yang ia usahakan saat mengetahui hal tersebut. Tetapi ? kadang logika dan perasaan seperti jarak antar benua Asia dan Afrika, terlampau jauh untuk dipersatukan.       
          Saat wanita itu mulai bisa melupakan pria itu, seperti ingin selalu mengusik wanita tersebut, sang pria datang kembali. Datang dengan 1000 janji dan 1000 harapan yang mungkin saja akan menghancurkan wanita itu lagi. Sulit tuk dipungkiri, wanita itu masih mempertimbangkan pria itu walaupun diluar sana ada pria lain yang mencintainya. Hingga sampai suatu saat, titik dimana ia benar-benar menyadari bahwa cinta bukan untuk dipermainkan. Jika lelaki itu sungguh mencintainya, tentu saja ia takkan mempermainkan perasaan gadis itu.
          Dan kini gadis itu masih terus mencoba untuk melupakan pria tersebut. Terus dan terus mencoba walaupun tampak ada kabut tebal di hadapannya. Tetapi gadis itu percaya, “Saat kita mencoba dengan keteguhan hati dan tidak berputus asa, kita akan mendapatkannya walau harus dengan air mata.”

Sekian…

ketika cinta memilih


Sebuah anugerah Tuhan yang begitu indah. Tak ada seorang manusia pun yang kuasa untuk menahan anugerah tersebut ataupun menghindari semua gejolak rasa itu bahkan mengusir rasa itu dari hatinya. Rasa itu hadir tanpa memilih kapan dan kepada siapa. Walaupun dimensi waktu itu telah berbeda, antara ruang waktu masa lalu dan masa kini.
          Fajar pun telah menyingsing, menyilaukan setiap mata yang memandangnya dan menyambut senyuman pagi seorang gadis manis SMA yang bernama Davina. Hubungan yang dulunya hanyalah sebagai teman, kini telah berganti menjadi kekasih hati. Itulah yang dirasakan oleh Davina. Awalnya Davina dan Putra hanyalah sepasang teman sepermainan namun telah berganti menjadi sepasang hati yang terikat dalam cinta.
          Ditengah rajutan asmara yang terasa sempurna itu, seakan-akan seperti ada petir yang datang dalam hubungan Davina dan Putra. Tak pernah dibayangkan oleh Davina, seseorang yang hidup dimasa lalu Davina pun kembali hadir, menawarkan cinta yang pernah hadir diantara mereka. Davina pun menceritakan hal itu kepada teman sepermainannya. Semua teman sepermainan Davina pun sangat kaget dan tak mampu memberikan komentar.
          Bimbang dan gelisah, seperti enggan pergi dari hati Davina. Pergolakkan pun terjadi, keputusan yang akan memberikan dampak terhadap siapapun. Jika Davina memilih salah satu diantara Putra atau Andi, akan ada hati yang tersakiti dan jika ia memilih untuk melepaskan keduanya, ia pun merasa takkan sanggup. Bukanlah hal yang mudah bagi Davina harus memilih kedua orang yang hadir dalam hidupnya pada ruang waktu yang berbeda. Davina pun merenungi, siapakah yang harus dipilihnya, apakah Andi ataukah Putra ? Jika ia boleh memilih , ia akan memilih untuk tidak berada pada posisi tersebut, namun apalah kuasa Davina menahan rencana dari Sang Pemberi anugerah tersebut.
          Keesokan harinya, setelah direnunginya selama semalam penuh. Ia pun mengambil suatu keputusan yang menurutnya adalah yang terbaik untuk saat itu walaupun akan menyakiti seseorang. Dengan berat hati dan dengan keteguhan hatinya, ia pun memilih untuk melepaskan cinta yang menemaninya selama beberapa bulan terakhir dan kemudian memilih cinta yang hidup di masa lalunya. Davina pun memanggil Putra walaupun sebenarnya dia tidak tega untuk melepaskannya. Namun itulah yang dinamakan hidup, hidup adalah ketika kita harus memilih diantara berbagai pilihan yang sangat sulit, itulah kata-kata yang cocok bagi Davina
          Waktu pun seperti berhenti saat itu, dan seperti enggan untuk  berjalan kembali. Dinda pun segera menyatakan itu kepada Putra. Air mata pun tak tertahankan saat itu, seperti memaksa untuk dilinangkan dipipi Davina. Namun dengan keteguhan hati, Putra pun menerima keputusan dari seseorang yang sangat di cintainya walaupun terasa sungguh berat untuk melepaskan Davina. Senyum pun diberikan oleh Putra saat keluar dari kelas tersebut. Kemudian pecah lah tangis Davina dan teman-teman lainnya, karena tak tega melihat Putra. Davina pun merasa sangat bersalah, namun ia tak mampu menahan semuanya.
          Setelah ia memutuskan Putra, hubungannya bersama Andi pun semakin dekat. Tak lama kemudian mereka pun menyambung kembali hubungan cinta tersebut. Di lubuk hati terdalam, Davina hanya mampu berharap, Andi yang dipilihnya takkan mengecewakan dirinya lagi seperti di masa lalu karena sulit baginya untuk melepaskan Putra kemudian memilih masa lalunya. Semoga apa yang dipilih oleh Davina adalah pilihan yang terbaik. Sekian.. 

Senyum itu :)


Kadang aku tak tau bagaimana harus melangkah. Senyum indah itu selalu menghiasi hari-hari gadis itu, menambah keindahan di pagi hari. Senyum itu seperti menambah kencangnya detak jantungnya, sehingga seperti enggan untuk berhenti berdetak. Tidak ada seorang pun yang mampu mendefinisikan mengenai cinta bahkan seorang ilmuwan pun. Cinta bukanlah mengenai ilmu pengetahuan namun mengenai anugerah Tuhan.
        Seringkali Tuhan mempertemukan dua anak manusia, untuk saling jatuh hati. Namun tak jarang juga, Tuhan mempertemukan kedua anak manusia itu hanya untuk saling jatuh cinta namun tidak untuk berjalan bersama mengarungi samudra hidup ini. Hitam dan putih, adalah dua warna yang tak mungkin bisa dipersatukan, seperti itulah kedua anak manusia itu dengan perbedaan yang mereka miliki. Kedua anak manusia itu tak mampu menahan derasnya asmara dikala cinta bersemi diantara mereka.
        Awalnya tak ada rasa yang aneh diantara mereka, namun entah mengapa seiring berjalannya detik kehidupan, mereka pun saling jatuh hati. Semakin lama, mereka pun semakin terhanyut pada cinta itu, kemudian dekat dan terus dekat. Hingga pada suatu hari keturunan Adam itu menyatakan perasaannya kepada gadis itu. Saat itu adalah saat yang paling ditunggu oleh gadis tersebut, dan seperti tak mampu berbohong lagi, ia pun langsung menerima pria itu.
        Hari-hari gadis itupun terasa semakin berwarna dan tak ada tangis disetiap harinya. Bahkan ia berpikir, “Dapatkah kita berhenti diwaktu ini ?” Namun setelah hubungan itu berjalan dari hari ke hari hingga mencapai hitungan bulan, Tuhan seperti enggan untuk merestui hubungan itu. Siapapun yang memulai, maka ia juga yang akan mengakhirinya. Pria itupun mengakhiri hubungannya bersama gadis itu dan menyatakan bahwa ia sudah tidak mencintai gadis tersebut lagi. Bukan hal yang mudah bagi gadis itu ketika ia harus mendengar pernyataan pria yang sangat ia cintai itu.
        Tangisnya pun tak dapat tertahankan lagi. Namun Tuhan sangat mencintai gadis itu sehingga ia memberi satu lagi cobaan bagi gadis itu. Seorang sahabat dari gadis itu berkata padanya bahwa pria itu pernah berkata kalau ia sangat mencintai gadis itu, akan tetapi apa boleh buat tembok tinggi itu begitu kuat dan tak mampu untuk dirobohkan. Hati gadis itu pun makin tak mampu menahan sesak.
        Setiap detik, setiap helaan nafas gadis itu, pria tersebut terlihat betah dipikiran dan hati gadis itu. Rasa rindu yang tak mampu untuk dipungkiri. Sulit baginya untuk berhenti mencintai pria itu apalagi saat mengetahui pria itu sedang digosipkan dengan gadis lain. Rasa cemburu pun tampak ingin hadir dalam hidupnya. Walaupun telah mencoba tegar, tetapi rasa cemburu itu terus mengusiknya hingga membuatnya sekali lagi terhanyut dalam kesedihan dan kenangan. Terasa begitu cepat pria itu meninggalkannya, dan terasa seperti baru kemarin mereka saling menyatakan cinta. Kata orang, “Semua akan sembuh seiring berjalannya waktu.” Tetapi waktu seperti berhenti berjalan saat pria tersebut pergi. Namun satu hal yang dipercayai gadis itu, tak ada hal yang mustahil. Perlahan tapi pasti, ia pun mulai dapat melupakan pria tersebut walaupun pria tersebut belum sepenuhnya pergi dari hati dan pikirannya. Hidup haruslah terus berjalan, itulah yang membuat gadis itu menjadi kuat untuk terus melangkah.

Sekian…